MARKET NEWS

Rupiah Menguat 0,84 Persen Pekan Ini, Terdorong Rencana The Fed Pangkas Suku Bunga

Anggie Ariesta 17/08/2025 09:57 WIB

Nilai tukar rupiah menunjukkan performa yang mengesankan sepanjang pekan ini, meskipun ditutup melemah pada perdagangan Jumat (15/8/2025).

Rupiah Menguat 0,84 Persen Pekan Ini, Terdorong Rencana The Fed Pangkas Suku Bunga. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Nilai tukar rupiah menunjukkan performa yang mengesankan sepanjang pekan ini, meskipun ditutup melemah pada perdagangan Jumat (15/8/2025).

Berdasarkan data perdagangan, rupiah melemah 0,33 persen ke level Rp16.169 per dolar AS pada akhir pekan. Namun, secara mingguan tercatat menguat 0,76 persen.

Sementara itu, mengacu pada kurs Jisdor BI, rupiah ditutup menguat 0,33 persen ke posisi Rp16.162, dengan penguatan mingguan sebesar 0,84 persen.

>

Penguatan tajam ini menjadikan rupiah sebagai mata uang dengan kinerja terbaik di Asia pekan ini. Rupiah dan mata uang Asia lainnya melesat setelah indeks dolar AS anjlok ke level terendah sejak 25 Juli 2025.

Pelemahan dolar AS ini menandai adanya keyakinan pasar bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), akan memangkas suku bunga pada September mendatang.

Selain itu, kinerja positif rupiah tidak terlepas dari minat investor terhadap instrumen investasi di Indonesia. Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun melandai ke level 6,39 persen, yang merupakan level terbaik sejak September 2023.

Imbal hasil yang melandai menandakan harga SBN naik dan tengah diburu investor, seiring dengan adanya lonjakan imbal hasil pada surat utang negara lain.

Data Bank Indonesia (BI) mencatat, adanya aliran masuk modal asing (net inflow) sebesar Rp7,28 triliun ke SBN pada 11-14 Agustus 2025, yang merupakan yang tertinggi sejak akhir Juni. Dalam dua pekan terakhir, investor asing juga mencatat pembelian bersih (net buy) sebesar Rp14,15 triliun.

Menurut Pengamat Pasar Uang Ibrahim Assuaibi, pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh sentimen eksternal dan internal. Sentimen Eksternal terkait adanya pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska menjadi sorotan.

"Tindakan Trump terhadap ancamannya, dikombinasikan dengan pembatasan tambahan yang menargetkan industri minyak Rusia, dapat semakin memperketat pasokan global, menambah tekanan pada harga minyak mentah," tulis Ibrahim dalam risetnya.

Data dari Biro Statistik Nasional (NBS) menunjukkan perlambatan di hampir semua sektor ekonomi China pada Juli 2025. Produksi pabrik dan tambang hanya naik 5,7 persen secara tahunan, sementara penjualan ritel tumbuh 3,7 persen yoy, terendah sepanjang tahun ini.

Sedangkan dari sentimen internal, BI mencatat ULN Indonesia pada Kuartal II 2025 mencapai USD433,3 miliar atau setara Rp6.976,1 triliun. Meskipun pertumbuhannya melambat menjadi 6,1 persen (yoy) dari kuartal sebelumnya, aliran masuk modal asing ke SBN domestik tetap tinggi.

Dengan demikian, Ibrahim memprediksi, untuk perdagangan Senin depan, rupiah akan bergerak fluktuatif namun berpotensi ditutup menguat dalam rentang Rp16.120 - Rp16.180 per dolar AS.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE