Rupiah Menguat 21 Poin ke Rp14.347 Per Dolar AS
Nilai rupiah pada perdagangan sore ini mengalami penguatan sebanyak 21 poin, nilai ini mengalami penurunan dari 35 poin di level Rp14.357 dari sebelumnya.
IDXChannel - Nilai rupiah pada perdagangan sore ini mengalami penguatan sebanyak 21 poin, nilai ini mengalami penurunan dari 35 poin di level Rp14.357 dari penutupan sebelumnya di level Rp14.378.
Pengamat rupiah, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar melemah pada perdagangan Rabu (8/12/2021) didorong oleh turunnya imbal hasil Treasury Amerika Serikat dan investor sekarang menunggu data inflasi AS dan China yang akan dirilis di hari Kamis besok.
"Dengan indeks harga konsumen AS menyusul sehari setelahnya, serta selera risiko investor meningkat atas indikasi bahwa varian omicron COVID-19 tidak terlalu parah, meskipun vaksin yang ada tidak mampu memberikan perlindungan penuh," tulis Ibrahim dalam risetnya, Rabu (8/12/2021).
Kemudian, Indeks lowongan pekerjaan JOLTS AS yang akan dirilis hari ini, diperkirakan akan menunjukkan bukti lebih lanjut dari pasar tenaga kerja yang lebih ketat. Langkah ini akan meningkatkan taruhan untuk pengurangan aset Fed yang lebih cepat, yang pada gilirannya akan meningkatkan greenback, maka itu pasar uang saat ini sepenuhnya dihargai untuk kenaikan suku bunga seperempat poin pada Juni 2022.
Selain itu, Inflasi zona euro bisa melebihi perkiraan ECB dalam jangka panjang, jadi tidak ada alasan sekarang untuk meningkatkan program pembelian obligasi warisan ketika skema darurat berakhir pada Maret, kata Gubernur Bank of Estonia Madis Muller.
Sementara itu, BOE dapat menunda menjadi bank sentral utama pertama di dunia yang menaikkan suku bunga lagi, berkat penemuan varian omicron COVID-19. Di pihak Fed, Presiden AS Joe Biden berencana untuk mengajukan lebih banyak calon untuk posisi terbuka di dewan bank sentral pada akhir Desember 2021.
Sedangkan dari dalam negeri, pasar terus memantau tentang perkembangan posisi cadangan devisa di bulan November 2021 yang mengalami peningkatan, setelah pada bulan Oktober mengalami penurunan. Bank Indonesia (BI) mencatat, cadangan devisa pada bulan laporan sebesar USD145,9 miliar atau naik tipis US$ 0,4 miliar dari posisi bulan sebelumnya yang sebesar USD145,5 miliar.
Peningkatan posisi cadangan devisa pada November 2021 dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa sentra penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. Sedangkan posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,3 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Ini pun berada di atas standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor. Dan cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Selain itu, survei konsumen Bank Indonesia (BI) pada November 2021 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi Indonesia masih terus menguat. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) November 2021 sebesar 118,5 atau lebih tinggi dari 113,4 pada Oktober 2021.
Penguatan IKK November 2021 terutama didorong oleh membaiknya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, tercermin dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) sebesar 99,2 yang meningkat dari 91,8 pada bulan sebelumnya.
Di sisi lain, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini terpantau terus membaik dari bulan sebelumnya meski masih tertahan pada area pesimis. Hal ini tercermin dari Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) November 2021 sebesar 99,2 meningkat dari 91,8 pada bulan sebelumnya.
Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.330-Rp14.380. (TYO)