Rupiah Menguat Lawan Dolar AS Ditopang Sentimen Global dan Domestik
Nilai tukar Rupiah pada perdagangan hari ini (6/5) ditutup menguat 57 poin ke level Rp16.025 setelah sebelumnya di level Rp16.083 per USD.
IDXChannel - Nilai tukar Rupiah pada perdagangan hari ini (6/5) ditutup menguat 57 poin ke level Rp16.025 setelah sebelumnya di level Rp16.083 per USD.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda sempat dibuka pada level Rp15.985 per USD.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan dolar AS karena penurunan greenback terjadi karena data nonfarm payrolls April lebih lemah dari perkiraan.
"Data tersebut memperkuat spekulasi bahwa melemahnya pasar tenaga kerja akan memberikan dorongan lebih besar bagi Federal Reserve untuk mulai menurunkan suku bunga," tulis Ibrahim dalam risetnya, Jakarta, Senin (6/5/2024).
Data pada Jumat lalu menunjukkan, pertumbuhan lapangan kerja AS melambat lebih dari perkiraan pada April dan kenaikan upah tahunan turun di bawah 4,0% untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun.
Hal itu juga karena tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja meningkatkan optimisme bahwa bank sentral AS dapat merancang kebijakan yang "lunak" bagi perekonomian negara itu.
Pasar sekarang memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 45 basis poin tahun ini, dengan penurunan suku bunga pada November sudah diperhitungkan sepenuhnya.
The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil pada akhir pertemuan kebijakan moneter dua harinya, seperti yang diharapkan pekan lalu, namun mengisyaratkan pihaknya masih cenderung pada penurunan suku bunga, bahkan jika hal tersebut mungkin memakan waktu lebih lama dari perkiraan semula.
Selain itu, sambung Ibrahim, pasar bereaksi terhadap berita minggu lalu bahwa Beijing telah melonggarkan pembatasan kepemilikan rumah yang ketat di pasar properti sebuah langkah yang diharapkan dapat meningkatkan sektor yang terkepung.
Data indeks manajer pembelian swasta menunjukkan ketahanan yang berkelanjutan di sektor jasa China, yang telah menjadi pendorong utama aktivitas bisnis selama setahun terakhir.
Saham-saham China menunjukkan pemulihan yang kuat dari posisi terendah dalam lima tahun yang dicapai pada Februari, di tengah optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi akan meningkat di negara tersebut.
Beijing sebagian besar telah mempertahankan langkah-langkah stimulus moneternya, dan juga melonggarkan pembatasan pada beberapa industri untuk meningkatkan pertumbuhan.
Dari sentimen domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, perekonomian Indonesia pada kuartal I-2024 mencapai 5,11% (year on year/yoy). Pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuartal IV-2023 sebesar 5,04%. Pertumbuhan ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga, momentum Lebaran dan Pemilu 2024.
Pergeseran Ramadan yang jatuh pada kuartal I-2024 menyebabkan efek low-base, yang berkontribusi pada pertumbuhan yang lebih tinggi.
"Selain itu, peningkatan pengeluaran terkait dengan pemilihan presiden 2024 juga semakin mendorong pengeluaran pemerintah dan lembaga non-profit yang melayani rumah tangga, termasuk partai politik," papar Ibrahim.
Berdasarkan data di atas, Ibrahim memproyeksikan mata uang Rupiah untuk perdagangan besok (7/5) akanb bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.960-Rp16.090 per USD.
(FAY)