Rupiah Menguat pasca Rilis Inflasi AS dan Pelemahan Indeks Dolar
Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (1/7/2024).
IDXChannel - Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (1/7/2024) seiring pasar mencerna data terbaru inflasi Amerika Serikat (AS) dan arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).
Melansir Trading View, rupiah menguat 0,06 persen di level Rp16.359 per dolar AS (USD) pada pukul 10.09 WIB
Pada penutupan sebelumnya, rupiah ditutup di level Rp16.369 per USD pada perdagangan Jumat (28/6). Sepanjang 2024, rupiah sudah melemah 6,17 persen terhadap USD. (Lihat grafik di bawah ini.)
Indeks dolar turun menuju 105,6 pada perdagangan Senin (1/7), meluncur untuk sesi ketiga berturut-turut.
Dolar terbebani oleh penguatan euro setelah putaran pertama pemilu cepat Perancis pada akhir pekan. Partai National Rally yang dipimpin oleh Marine Le Pen memenangkan putaran pertama pemilihan parlemen seperti yang diharapkan secara luas, meskipun partai sayap kanan unggul dengan selisih lebih kecil dari yang diperkirakan.
Pada Jumat (28/6), dolar berada di bawah tekanan setelah inflasi PCE AS melambat pada Mei, memperkuat spekulasi bahwa The Fed akan melanjutkan penurunan suku bunga tahun ini.
Inflasi di AS berdasarkan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), turun tipis menjadi 2,6 persen secara tahunan pada Mei dari 2,7 persen pada April.
Indeks Harga PCE inti, tidak termasuk harga pangan dan energi yang berfluktuasi di level 2,6 persen pada periode yang sama, turun dari kenaikan 2,8 persen yang tercatat pada April.
Pasar kini melihat peluang penurunan suku bunga The Fed pada September sebesar 63 persen, sementara peluang penurunan suku bunga The Fed pada November dan Desember juga meningkat.
Investor kini menantikan data aktivitas manufaktur AS pada hari ini untuk mendapatkan wawasan lebih lanjut mengenai perekonomian dan potensi implikasinya terhadap kebijakan moneter. Dolar melemah paling parah terhadap euro, poundsterling, dan mata uang antipodean.
Pekan ini sejumlah rilis data ekonomi AS di antaranya indeks sektor manufaktur AS, dilanjutkan FOMC minutes pada Kamis (4/7/2024) dan data ketenagakerjaan pada perdagangan Jumat (5/7/2024).
Semua agenda tersebut berpeluang membuat pasar keuangan bergerak dalam volatilitas yang tinggi.
Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin mengatakan, sejauh ini rilis data inflasi AS masih menjadi kabar baik, namun jika sikap The Fed justru tidak menggaransi pemangkasan bunga di tahun ini, maka besar kemungkinan pasar keuangan global akan merespons negatif.
"IHSG dan Rupiah maupun sejumlah kinerja pasar keuangan global akan kembali berada dalam tekanan. Oleh karena itu pasar sebaiknya mewaspadai kemungkinan adanya aksi profit taking menjelang pidato The Fed," kata dia. (ADF)