MARKET NEWS

Rupiah Menguat Tipis, Investor Pesimis Perang Rusia dan Ukraina Selesai Cepat

Dinar Fitra Maghiszha 09/03/2022 10:08 WIB

Nilai mata uang rupiah di pasar spot hari ini dibuka tumbuh atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan Rabu pagi (9/3/2022).

Nilai mata uang rupiah di pasar spot hari ini dibuka tumbuh atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan Rabu pagi (9/3/2022). (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Nilai mata uang rupiah di pasar spot hari ini dibuka tumbuh atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan Rabu pagi (9/3/2022).

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 09:09 WIB, mata uang Garuda naik 29 poin atau 0,20% di Rp14.367 per 1 dolar Amerika Serikat

Pasar uang di kawasan Asia Pasifik terpantau bergerak variatif atas dolar AS, seperti Dolar Hong Kong tumbuh 0,01% di 7,8183, Won Korea Selatan menguat 0,21% di 1.231,11, dan Ringgit Malaysia tertekan -0,06% di 4,1825.

Peso Filipina menanjak 0,11% di 52,245, Dolar Taiwan turun -0,15% di 28,361, Baht Thailand tumbuh 0,08% di 32,020, Dolar Singapura anjlok -0,01% di 1,3650, dan Yuan China tumbuh 0,03% di 6,3168. Adapun Yen Jepang tertekan -0,18% di 115,86, sementara Dolar Australia naik 0,06% di 0,7271.

Indeks dolar yang mengukur kinerja sejumlah mata uang lainnya dibuka koreksi -0,05% di 99,01. Kenaikan harga komoditas di berbagai negara wilayah produksi mengancam lonjakan inflasi.

Euro mulai stabil setelah dihantam badai koreksi dalam beberapa hari terakhir. Saat ini pasar Eropa tengah menantikan pertemuan bank sentral yang diperkirakan masih menunda kenaikan suku bunga, menyusul kekhawatiran atas dampak konflik Rusia dan Ukraina.

"Kami ada pesimisme dalam jangka pendek, yang didorong oleh pandangan bahwa kekhawatiran investor terhadap perang tidak akan menghilang dengan cepat," kata Analis Valuta Asing, Standard Chartered, Stephen Englander, dilansir Reuters, Rabu (9/3/2022).

Konflik di Eropa Timur yang menyeret kekuatan global belakangan semakin panas ketika Amerika Serikat berencana menerbitkan undang-undang embargo impor minyak dan gas dari Rusia.

Sementara sejumlah negara di Eropa, seperti Jerman, Inggris, dan Belanda mencermati apabila langkah tersebut juga diterapkan di Eropa, maka dinilai dapat mengganggu pasokan energi.

Inilah yang sampai saat ini menjadi perdebatan di antara para pemimpin Uni Eropa yang diperkirakan bakal mengumumkan keputusan embargonya pada pertemuan di Versaillers, 15 - 16 Maret 2022 mendatang. (TIA)

SHARE