Rupiah Pagi Ini Paling Perkasa di Asia
Nilai mata uang rupiah hari ini dibuka menguat 0,16 persen atas dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan di pasar spot Senin pagi (18/4/2022).
IDXChannel - Nilai mata uang rupiah hari ini dibuka menguat 0,16 persen atas dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan di pasar spot Senin pagi (18/4/2022).
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 09:18 WIB, mata uang Garuda naik 22 poin atau 0,16 persen di Rp14.358 per 1 dolar Amerika Serikat.
Pasar uang di kawasan Asia Pasifik sebagian besar bergerak merosot atas dolar AS. Data Investing menunjukkan Dolar Hong Kong turun -0,01 persen di 7,8438, Won Korea Selatan koreksi -0,36 persen di 1.233,51, dan Ringgit Malaysia tertekan -0,28 persen di 4,2450.
Dolar Taiwan koreksi -0,35 persen di 29,214, Baht Thailand anjlok -0,19 persen di 33,675, Dolar Singapura turun -0,19 persen di 1,3599, dan Yuan China tertekan -0,04 persen di 6,3739. Adapun Yen Jepang terpuruk -0,19 persen di 126,58, Dolar Australia koreksi -0,22 persen di 0,7381, dan Peso Filipina turun -0,17 persen di 52,240.
Indeks dolar AS yang mengukur peredaran greenback terhadap enam mata uang utama dibuka menguat 0,31 persen di 100,6, level tertingginya sampai saat ini.
Dolar tampak masih perkasa terhadap sejumlah valuta asing di pasar spot AS menyusul ekspektasi Bank Sentral AS yang lebih agresif dalam menahan laju inflasi dengan menambah kenaikan suku bunga.
Pada Kamis pekan lalu, Presiden Fed wilayah New York John Williams mengatakan bahwa kenaikan suku bunga setengah poin pada bulan Mei adalah pilihan yang masuk akal.
Williams menilai para pembuat kebijakan akan sepakat dengan pengetatan moneter.
"Williams berbicara secara terbuka tentang perlunya menaikkan suku bunga lebih cepat dan di atas netral, hal ini lebih lanjut akan mendukung dolar," kata Analis Makro Westpac, Tim Riddell kepada Reuters, dikutip Senin (18/4/2022).
Sementara itu, di Eropa, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde menegaskan bahwa tidak ada kerangka waktu yang tepat kapan suku bunga ECB akan mulai naik. Lagarde menambahkan bahwa itu bisa berminggu-minggu atau bahkan beberapa bulan setelah bank sentral menghentikan skema stimulusnya di Eropa.
Pernyataan Lagarde tersebut dinilai menunjukkan sikap dovish ECB terhadap gejolak inflasi dunia.(RAMA)