Rupiah Sentuh Level Terendah di 2023, BI Lakukan Intervensi di Pasar Valas
Rupiah pada perdagangan hari ini menyamai level penutupan 6 Januari 2023 melemah Rp15.630 terhadap dolar AS.
IDXChannel - Pasar keuangan global sebagian besar anjlok pada perdagangan Rabu 4 Oktober 2023. Sejumlah pasar keuangan seperti saham, pasar mata uang, hingga komoditas dihiasi warna merah.
Berawal di bursa saham Wall Street, Amerika Serikat (AS), tiga indeks utama di Wall Street ditutup turun tajam pada perdagangan Rabu (4/10/2023) dini hari waktu Indonesia.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 438,96 poin, atau 1,31 persen. Sementara S&P 500 kehilangan 58,15 poin, atau turun 1,85 persen. Indeks Nasdaq Composite juga turun 246,5 poin, atau 1,85 persen.
Di Asia, bursa saham di Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Hong Kong semuanya menurun. Sementara bursa China tetap tutup untuk libur selama seminggu.
Indeks Nikkei 225 Jepang ambles 1,94 persen, Hang Seng Hong Kong tumbang 0,83 persen, Straits Times Singapura merosot 1,29 persen dan ASX 200 Australia turun 0,88 persen.
Harga batu bara di bursa Newcastle juga melanjutkan penurunan 4,32 persen untuk kontrak November 2023. Harga batu bara di level USD149,35 per ton pada perdagangan Selasa (3/10).
Teranyar, rupiah jeblok di level terendah sejak awal 2023. Rupiah pada perdagangan hari ini menyamai level penutupan 6 Januari 2023 melemah Rp15.630 terhadap dolar AS. (Lihat grafik di bawah ini.)
Kenaikan dolar dan imbal hasil obligasi AS terus membebani pasar. Indeks dolar sempat memperpanjang kenaikan di atas 107 pada perdagangan Selasa (3/10/2023). Pada perdagangan hari ini, indeks dolar masih berada di posisi kuat 106,78.
Indeks dolar mencapai level tertinggi sejak November tahun lalu dan mengikuti kenaikan imbal hasil Treasury Amerika Serikat (AS). Imbal hasil (yield) obligasi AS bertenor 10 tahun melonjak di atas 4,8 persen untuk pertama kalinya sejak tahun 2007 pada Rabu (4/10).
Kenaikan ini juga didorong karena data ekonomi AS yang kuat mendukung pandangan bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Upaya BI Jaga Rupiah
Merespon volatilias pasar keuangan baru-baru ini, Bank Indonesia tengah berupaya menjaga stabilitas harga dengan kenaikan suku bunga. Pernyataan ini menandakan kebijakan suku bunga akan dipertahankan stabil pada akhir bulan ini karena bank sentral tengah mencoba untuk meningkatkan kepercayaan investor pada pasar mata uang dan obligasi.
Hal ini disampaikan Destry Damayanti Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia di Jakarta pada Rabu (4/10).
Pernyataan tersebut muncul ketika BI tengah berupaya membeli obligasi pemerintah dalam upaya membendung aksi jual di pasar utang dan demi menjaga mata uang rupiah.
Destry menekankan, ini adalah operasi pembelian obligasi pertama yang dilakukan BI sejak 2022 di tengah kegelisahan di kalangan pejabat mengenai guncangan di pasar dii tengah rupiah yang terus melemah.
Imbal hasil obligasi acuan 10 tahun juga mencapai 7,067 persen, tertinggi sejak November tahun lalu.
“Kami sudah menaikkan (suku bunga) sebesar 225 basis poin. Dan angka ini kami pandang cukup untuk menjaga stabilitas saat ini, stabilitas inflasi, dan di sisi lain cukup untuk memacu pertumbuhan penyaluran kredit,” kata Destry, dikutip dari Reuters, Rabu (4/10).
Destry mengatakan volatilitas pasar saat ini disebabkan oleh faktor eksternal, khususnya komentar hawkish pejabat bank sentral AS, The Federal Reserve.
BI akan mengadakan pertemuan kebijakan moneter selama dua hari pada tanggal 18-19 Oktober mendatang.
Sebagian besar analis memperkirakan bank akan mempertahankan suku bunga stabil di 5,75 persen selama sembilan bulan berturut-turut mengingat inflasi telah menurun mendekati batas bawah target bank sentral.
Namun, para analis juga menilai, penurunan suku bunga belum menjadi perhatian bank sentral. Para pejabat BI kemungkinan juga akan mengambil pendekatan hati-hati terhadap pelonggaran moneter di masa depan karena melemahnya rupiah.
Mengutip Reuters, BI pada Selasa (3/10) melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk mengelola pasokan dan permintaan dolar AS. (ADF)