MARKET NEWS

Saham Bank Digital BANK-BBHI Cs Ambles Berjamaah, Ada Apa?

Melati Kristina - Riset 17/10/2022 12:39 WIB

Saham bank digital ramai-ramai ambles pada perdagangan Senin (17/10). Adapun sejumlah sentimen bisa jadi katalis negatif bagi pergerakan saham bank tersebut.

Saham Bank Digital BANK-BBHI Cs Ambles Berjamaah, Ada Apa? (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Saham sejumlah emiten bank digital terkoreksi berjamaah pada perdagangan pagi ini, Senin (17/10) di tengah inflasi dan kenaikan suku bunga.

Memimpin amblesnya saham bank digital, saham PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) anjlok menyentuh auto reject bawah (ARB) 7 persen. Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (17/10) pukul 10.55 WIB, harga saham BANK ambruk hingga minus 6,93 persen menjadi Rp1.410/saham.

Sedangkan nilai transaksi saham BANK mencapai Rp19,05 miliar dengan volume perdagangan saham mencapai 13,29 juta.

Di bawah BANK, saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) mencatatkan harga saham yang anjlok hingga menembus auto reject bawah (ARB) 7 persen.

Adapun melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (17/10) pukul 10.55, harga saham ARTO ambles hingga minus 6,87 persen menjadi Rp4.680/saham.

Sedangkan volume saham yang diperdagangkan yaitu 16,61 juta dengan nilai transaksi mencapai Rp78,58 miliar.

Selain kena ARB pada perdagangan pagi ini, saham ARTO sebelumnya juga menembus ARB selama tiga hari beruntun sejak Kamis (13/10).

Adapun pada Kamis (13/10), saham ARTO ditutup minus 6,90 persen. Sementara pada Jumat (14/10), saham ARTO juga kembali ARB hingga minus 6,94 persen.

Dalam seminggu belakangan, saham ARTO juga terkontraksi hingga minus 28 persen. Sedangkan sebulan terakhir, harga saham ARTO juga ambles hingga minus 37,39 persen.

Menyusul ARTO, saham bank mini milik Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia (BBHI) juga turut kena ARB 7 persen. Berdasarkan data BEI, saham BBHI anjlok hingga minus 6,57 persen di level Rp1.565/saham.

Bernasib sama dengan ARTO, BBHI sebelumnya kena ARB pada perdagangan Jumat (14/10). Pada periode tersebut harga saham BBHI ditutup ambles hingga minus 6,94 persen.

Sementara dalam seminggu terakhir harga sahamnya terkontraksi hingga minus 21,80 persen. Sedangkan dalam sebulan belakangan saham ARTO ambruk hingga minus 41,35 persen.

Selain kedua bank tersebut, bank digital lainnya juga ikut terkontraksi, yaitu PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP), PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), dan PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO). (Lihat tabel di bawah ini.)

Saham BABP pada perdagangan Senin (17/10) pukul 10.55 terkontraksi hingga minus 4,90 persen. Selain itu, harga sahamnya turun menjadi Rp97/saham.

Sementara saham BBYB dan AGRO juga turut terkontraksi pada perdagangan pagi ini, masing-masing turun hingga minus 4,67 persen dan minus 4,10 persen. Adapun harga saham BBYB turun menjadi Rp715/saham dan AGRO sahamnya juga merosot di level Rp468/saham.

Tak hanya emiten-emiten bank digital di atas, bank mini lainnya yang terkoreksi pada perdagangan pagi ini adalah PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA), PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA), dan PT Bank Victoria International Tbk (BVIC).

BNBA sahamnya ambles hingga minus 3,30 persen menjadi Rp1.320/saham. Sedangkan BACA sahamnya juga merosot hingga minus 3,23 persen di level Rp150/saham. Terakhir yakni BVIC yang sahamnya juga turun di minus 3,12 persen menjadi Rp124/saham.

Sentimen Negatif Bank Digital

Bank digital saat ini sedang mengejar pemenuhan modal inti minimum. Adapun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi peringatan kepada umum dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) untuk memenuhi ketentuan memiliki modal inti Rp3 triliun pada akhir 2022.

Berdasarkan ketentuan pemenuhan modal Rp3 triliun sesuai Peraturan OJK No.12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum, bank yang tidak memenuhi ketentuan tersebut akan turun kasta menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Adapun menurut riset Samuel Sekuritas Indonesia bertajuk “Digital Banking Sector: Long-term Growth Opportunities” yang dirilis pada Senin (10/10) menyebutkan, terdapat tiga bank yang belum memenuhi kriteria tersebut, yakni BBYB, BANK, dan AGRO.

Dalam riset tersebut juga disebutkan bahwa adanya kemungkinan yang ditempuh bank digital dalam meningkatkan modalnya melalui pasar ekuitas.

“Kami melihat jika bank tersebut memilih meningkatkan modal tambahan melalui pasar ekuitas, maka ada kemungkinan terjadinya tekanan terhadap saham mereka karena pasar dan sentimen yang kurang menguntungkan saat ini,” tulis analis Samuel Sekuritas Indonesia, Paula Ruth.

Selain soal pemenuhan modal inti minimum, bank digital juga dihadapkan dengan tantangan dalam memperluas Net Interest Margin (NIM). Adanya inflasi dan kenaikan suku bunga bisa jadi mempersulit bank mini dalam memperluas NIM mereka.

Kendati demikian, Samuel Sekuritas menilai pertumbuhan bank digital di Indonesia tetap menarik.

Adapun pertumbuhan bank digital tetap berada pada lintasan yang kuat seiring meningkatnya penetrasi smartphone secara signifikan dan rendahnya penetrasi lembaga keuangan konvensional yang menjadi celah bagi bank digital untuk masuk di sektor ini.

“Namun di jangka pendek, saham bank digital mungkin tetap bergejolak di tengah ketidakpastian pasar karena kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga,” tulis Paula.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE