Saham Bank Tergelincir usai BI Kejutkan Pasar dengan Tahan Suku Bunga
Saham emiten perbankan terkoreksi pada Rabu (22/10/2025) usai Bank Indonesia (BI) secara tak terduga mempertahankan suku bunga acuannya siang ini.
IDXChannel – Saham emiten perbankan terkoreksi pada Rabu (22/10/2025) usai Bank Indonesia (BI) secara tak terduga mempertahankan suku bunga acuannya siang ini.
Dengan keputusan tersebut, BI menghentikan sementara siklus pelonggaran moneter setelah tiga kali berturut-turut menurunkan suku bunga.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 14.48 WIB, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) merosot 2,95 persen ke Rp8.225 per unit, sekaligus mengakhir tren kenaikan selama 4 hari terakhir.
Saham bank pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga memerah 1,86 persen ke Rp3.690 per unit, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) tergerus 0,99 persen menjadi Rp4.010 per unit, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) minus 0,69 persen ke Rp4.320 per unit.
Nama-nama lainnya, saham BRIS berkurang 1,50 persen dan BBTN terdepresiasi 1,63 persen. Indeks sektor keuangan (IDXFINANCE) pun merosot 0,83 persen.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 4,75 persen, di luar ekspektasi pasar.
Sebelumnya, dari 28 ekonom yang disurvei oleh Reuters, sebanyak 21 memperkirakan akan ada penurunan sebesar 25 basis poin, sementara sisanya memperkirakan tidak ada perubahan.
BI juga menahan suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,50 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 yang tetap terjaga rendah dalam sasaran 2,5±1 persen.
"Serta upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, serta sinergi untuk turut memperkuat pertumbuhan ekonomi," katanya saat konferensi pers Rabu (22/10/2025).
Ke depan, BI akan terus mencermati efektivitas transmisi kebijakan moneter longgar yang telah ditempuh, prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi, serta stabilitas nilai tukar Rupiah dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga BI-Rate.
BI juga memperkuat kebijakan makroprudensial untuk makin mendorong penurunan suku bunga, peningkatan likuiditas, dan kenaikan pertumbuhan kredit/pembiayaan bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Pelemahan saham-saham bank terjadi karena pelaku pasar sebelumnya telah mengantisipasi adanya pemangkasan suku bunga lanjutan. Keputusan BI untuk menahan suku bunga dinilai menunda potensi penurunan cost of fund (CoF) bagi perbankan dan memperlambat transmisi pelonggaran ke sektor kredit.
Indo Premier Sekuritas mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor perbankan dalam riset yang dirilis pada 8 Oktober 2025. Analis menilai valuasi saham-saham bank saat ini sudah berada di level menarik sehingga potensi penurunan dinilai terbatas.
Meski demikian, Indo Premier mencatat katalis positif bagi sektor ini masih terbatas. Beberapa faktor eksternal, seperti kenaikan suku bunga deposito berdenominasi dolar AS serta kebijakan pemerintah terkait pembentukan koperasi desa dan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) perumahan, dinilai berpotensi menekan sentimen jangka pendek.
Indo Premier memperkirakan biaya dana (cost of fund) akan berangsur turun pada paruh kedua 2025, yang dapat memperbaiki margin bunga bersih perbankan. Kendati demikian, potensi revisi kinerja laba untuk kuartal ketiga tahun ini diperkirakan terbatas.
Dalam laporannya, Indo Premier menetapkan BBNI dan BBTN sebagai saham pilihan utama. Keduanya dinilai menjadi penerima manfaat terbesar dari penurunan biaya dana.
Namun, Indo Premier juga mengingatkan risiko utama bagi sektor ini berasal dari potensi memburuknya kualitas aset, yang dapat menekan profitabilitas jika tidak diantisipasi dengan baik. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.