Saham Big Cap BREN Cs Kompak Memerah, Jadi Beban IHSG
Sejumlah saham raksasa (big cap) terbenam di zona merah pada Senin (5/8), menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
IDXChannel – Sejumlah saham raksasa (big cap) terbenam di zona merah pada Senin (5/8), menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di tengah memerahnya bursa saham global seiring ketakutan resesi.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pukul 09.52 WIB, saham emiten milik taipan Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) memimpin pelemahan, yakni minus 4,94 persen.
Selain saham emiten geotermal tersebut, saudara sekandungnya PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) juga merosot 3,71 persen.
Saham emiten batu bara milik konglomerat Low Tuck Kwong PT Bayan Resources Tbk (BYAN) turut terkena aksi jual, melemah 3,53 persen.
Kemudian, saham perbankan utama, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga terdepresiasi 2,21 persen, BBNI minus 2,16 persen, BBRI 1,70 persen, BBCA 1,47 persen, dan BRIS 3,53 persen.
Saham batu bara raksasa lainnya ADRO juga terperosok 2,71 persen dan DSSA turun 0,63 persen.
Saham emiten produsen mi instan Grup Salim ICBP pun memerah 2,24 persen serta konglomerasi otomotif hingga tambang ASII berkurang 1,71 persen.
Saham emiten telekomunikasi BUMN TLKM melorot 1,05 persen.
Pasar saham global saat ini tertekan seiring ketakutan risiko resesi Amerika Serikat (AS) membuat investor mencari aset aman di tengah pertaruhan penurunan suku bunga.
Dari bursa Asia, menurut data pasar, pukul 09.32, WIB, Nikkei 225 Jepang anjlok 5,41 persen, ke posisi terendah dalam tujuh bulan, mencatatkan penurunan tiga hari beruntun terbesar sejak krisis keuangan 2011.
Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang merosot 2,0 persen.
Setali tiga uang, indeks Hang Seng Hong Kong turun tajam 1,17 persen, Shanghai Composite minus 0,57 persen, Straits Times Singapura jatuh 3,13 persen, KOSPI Korea Selatan (Korsel) tergelincir 5,31 persen, ASX 200 Australia melemah 2,69 persen.
Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 1,65 persen.
Imbal hasil obligasi Jepang bertenor 10 tahun turun tajam 17 basis poin (bps) ke level terendah sejak April di 0,785 persen, karena pasar secara signifikan mempertimbangkan kembali prospek kenaikan lain dari Bank of Japan (BOJ).
Laporan ketenagakerjaan AS per Juli yang sangat lemah membuat pasar memperkirakan kemungkinan hampir 70 persen bahwa bank sentral Federal Reserve (The Fed) tidak hanya akan memotong suku bunga pada September, tetapi melonggarkan hingga 50 basis poin.
"Kami telah meningkatkan peluang resesi 12 bulan kami sebesar 10pp menjadi 25 persen," kata analis di Goldman Sachs dalam sebuah catatan, dikutip Reuters, Senin (5/8), meskipun mereka berpikir bahayanya terbatas oleh cakupan yang dimiliki The Fed untuk melonggarkan kebijakan.
Goldman sekarang mengharapkan pemotongan suku bunga seperempat poin pada September, November, dan Desember.
"Premis dari perkiraan kami adalah bahwa pertumbuhan lapangan kerja akan pulih pada Agustus dan FOMC akan menilai pemotongan 25bp sebagai respons yang cukup terhadap risiko penurunan," tulis Goldman.
"Jika kami salah dan laporan ketenagakerjaan Agustus sama lemahnya dengan laporan Juli, maka pemotongan 50bp akan mungkin terjadi pada September," kata analis Goldman Sachs.
Analis di JPMorgan bahkan lebih pesimistis, memberikan probabilitas 50 persen untuk resesi AS.
"Sekarang The Fed tampak tertinggal jauh, kami mengharapkan pemotongan 50bp pada pertemuan September, diikuti oleh pemotongan 50bp lagi pada November," kata ekonom Michael Feroli.
"Bahkan, terbuka pula untuk pelonggaran suku bunga antar pertemuan, terutama jika data semakin melemah — meskipun pejabat The Fed mungkin khawatir tentang bagaimana langkah seperti itu dapat (salah) diinterpretasikan,” ujar Michael. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.