Saham BRMS hingga ARCI Unjuk Gigi saat Harga Emas Melesat
Saham emiten tambang emas menghijau pada lanjutan sesi I, Senin (20/5/2024) di tengah penguatan komoditas acuannya.
IDXChannel – Saham emiten tambang emas menghijau pada lanjutan sesi I, Senin (20/5/2024) di tengah penguatan komoditas acuannya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 11.09 WIB, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) melesat 6,16 persen, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) melesat 3,65 persen, saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) melonjak 3,61 persen.
Selanjutnya, saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) turut naik 2,68 persen, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tumbuh 2,16 persen, saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) terapresiasi 1,99 persen.
Tidak ketinggalan, saham PT United Tractors Tbk (UNTR) naik 0,78 persen, saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) mendaki 0,62 persen.
Harga emas dunia dibuka menguat 0,8 persen di level USD2.433 per troy ons pada perdagangan awal pekan, Senin (20/5/2024).
Pada perdagangan Jumat (17/5), harga emas ditutup melesat 1,34 persen di level USD2.417 per troy ons.
Kenaikan ini menghentikan penurunan harga emas yang sempat terjadi pekan lalu. Harga emas mencapai rekor tertinggi seiring meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang meningkatkan permintaan safe-haven.
Stabilitas Timur Tengah menjadi fokus setelah jatuhnya helikopter Iran. Laporan media pada akhir pekan mengatakan, sebuah helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi dan menteri luar negeri negara tersebut jatuh di tengah kondisi cuaca buruk pada Minggu (19/5).
Upaya penyelamatan sedang dilakukan, namun Reuters mengutip pejabat Iran yang menyatakan bahwa nyawa mereka dalam bahaya.
Raisi dipandang sebagai pesaing untuk menjadi pemimpin tertinggi Iran berikutnya, dan juga dianggap sebagai tokoh garis keras dalam menindak protes dalam negeri dan menerapkan lebih banyak undang-undang moralitas.
Selain itu, menguatnya harga emas juga didukung oleh meningkatnya spekulasi penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) kuatnya pembelian bank sentral, dan permintaan safe-haven.
Pekan lalu, data menunjukkan tanda-tanda melambatnya inflasi konsumen AS, ditambah dengan terhentinya penjualan ritel telah memberikan kelonggaran bagi The Fed untuk memulai pelonggaran moneter.
Meskipun para pengambil kebijakan belum secara resmi mengubah pendiriannya, pasar sudah mengantisipasi penurunan suku bunga pertama tahun ini.
Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik aset non-bantalan seperti emas. Investor akan mengambil lebih banyak petunjuk dari beberapa pejabat Fed yang akan menyampaikan pidatonya hari ini.
Sementara itu, meningkatnya ketegangan geopolitik, termasuk konflik antara Israel dan Hamas serta perang di Ukraina, juga turut mendorong kenaikan harga emas.
Pembelian bank sentral yang kuat, khususnya oleh China, yang berupaya mengurangi ketergantungannya pada dolar AS, semakin mendukung tren ini.
Pekan lalu, peluang penurunan suku bunga telah diturunkan menjadi sekitar 68 persen dari 72 persen pada hari sebelumnya.
Di sisi lain, tingkat inflasi tahunan di AS turun menjadi 3,4 persen pada April 2024 dari 3,5 persen pada bulan sebelumnya, yang merupakan angka tertinggi sejak September 2023.
Angka ini sejalan dengan perkiraan pasar. Inflasi stabil pada kelompok makanan (2,2 persen) dan melambat pada kelompok tempat tinggal (5,5 persen vs 5,7 persen) sementara harga terus menurun pada kendaraan baru (-0,4 persen vs -0,1 persen) dan mobil serta truk bekas (-6,9 persen vs -2,2 persen).
Secara teknikal, kenaikan harga emas memiliki potensi keuntungan jangka pendek secara keseluruhan.
Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals dalam sebuah catatan dikutip CNBC International mengatakan kenaikan harga emas untuk kontrak berjangka Juni akan berada pada level resistensi kuat di USD2.400.00.
Suku bunga yang lebih rendah akan mengurangi biaya peluang investasi emas, yang tidak menghasilkan imbal hasil dan keuntungan. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.