MARKET NEWS

Saham BRMS Jatuh usai Masuk VanEck Gold Miners ETF, Analis Soroti Level Ini

TIM RISET IDX CHANNEL 22/09/2025 15:16 WIB

Saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) turun tajam pada Senin (22/9/2025).

Saham BRMS Jatuh usai Masuk VanEck Gold Miners ETF, Analis Soroti Level Ini. (Foto: BRMS)

IDXChannel – Saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) turun tajam pada Senin (22/9/2025), terimbas aksi ambil untung usai emiten tambang emas tersebut resmi masuk dalam daftar konstituen VanEck Gold Miners ETF (GDX).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 14.58 WIB, saham BRMS merosot 6,92 persen ke level Rp605 per unit. Nilai transaksi tercatat jumbo, mencapai Rp1,03 triliun.

Sebelumnya, saham BRMS terbang 17,12 persen saat pre-closing perdagangan Jumat pekan lalu setelah resmi masuk GDX.

Di tengah dinamika harga, analis melihat tren yang terjadi masih wajar. Pengamat pasar modal Michael Yeoh menjelaskan, BRMS berada di level support saat ini, yaitu Rp600-Rp550.

Ia menambahkan, pergerakan harga yang tampak belakangan ini tidak lepas dari pola transaksi tertentu.

“Pergerakan ini wajar karena kenaikan yang terjadi di pre-close pada Jumat lalu merupakan tipikal order dari fund manager yang biasa menggunakan order MOC (mark on close),” ujarnya, Senin (22/9/2025).

Michael juga menyoroti penyebab lonjakan harga yang kerap terjadi akibat jenis order tersebut. “Sering terjadi lonjakan karena volume yang tidak sesuai antara demand dan supply,” katanya.

Sebelumnya, Michael menilai masuknya BRMS ke GDX membawa keuntungan strategis bagi emiten tersebut.

“Ketika investor berinvestasi di GDX, kita tidak beli emas fisik, tapi saham-saham perusahaan pertambangan emas,” ujar Michael, Jumat (19/9/2025) lalu.

Ia menambahkan, potensi keuntungannya bisa jauh lebih besar. “Keuntungannya bisa lebih besar jika harga emas naik karena leverage, profit perusahaan tambang bisa meningkat lebih cepat daripada cuma emas fisik,” tuturnya.

Michael menegaskan langkah ini merupakan pencapaian bergengsi bagi BRMS. “Dan ini adalah hal yang prestisius bagi BRMS karena bisa masuk ke dalam indeks internasional ini,” ujar Michael.

Ia mengungkapkan arus dana masuk pada 19 September terbilang jumbo. “Inflow pada 19 September cukup besar di kisaran Rp2,5 triliun. Ini bahkan setara dengan FTSE big caps,” katanya.

Lebih jauh, Michael menyoroti potensi BRMS untuk meraih indeks global lainnya.

“Hal menarik lain adalah potensinya BRMS untuk masuk MSCI dan FTSE pada November 2025 jika mampu mempertahankan angka 600 pada observation period,” demikian Michael menjelaskan.

Sementara, menurut Sucor Sekuritas, dalam riset pada 15 September 2025, masuknya BRMS ke GDX menjadi titik balik signifikan bagi likuiditas, visibilitas, dan akses perseroan ke investor asing.

Sucor Sekuritas memperkirakan, inklusi BRMS dalam GDX berpotensi menarik aliran dana pasif sekitar USD80 juta, atau sekitar lima kali lipat dari rata-rata volume transaksi harian sahamnya.

Selama empat bulan terakhir, kinerja GDX tercatat melonjak 52 persen, jauh melampaui kenaikan harga emas yang hanya 16 persen. Hal ini mencerminkan rotasi investor ke saham-saham pertambangan emas sebagai proksi leverage terhadap kenaikan harga emas batangan.

Meski sudah reli, kata Sucor, GDX masih diperdagangkan dengan diskon yang lebar terhadap harga emas spot. Kondisi ini memberi sinyal ruang kenaikan lebih lanjut. BRMS, sebagai konstituen baru sekaligus salah satu yang tumbuh paling cepat di Asia Tenggara, diperkirakan akan menjadi pihak yang paling diuntungkan dari pergeseran ini.

Sucor pun mempertahankan rekomendasi beli (buy) untuk BRMS dengan target harga Rp750 per unit. Menurut riset Sucor, pada harga saat ini, BRMS diperdagangkan hanya di kisaran USD820 per ounce cadangan emasnya (EV/reserves), jauh di bawah harga emas spot sekitar USD3.600 per ounce.

Valuasi menarik ini, demikian penjelasan Sucor, bahkan belum memperhitungkan cadangan tembaga perseroan yang mencapai 1,2 miliar pon, yang dinilai memiliki potensi nilai besar dan belum tergarap.

Dengan re-rating sektor tambang emas secara global serta rencana BRMS meningkatkan produksi hingga 2026, saham ini diperkirakan mendapat dorongan dari momentum fundamental yang kuat dan sentimen positif sektor secara keseluruhan.

Sucor Sekuritas menilai BRMS tetap menjadi salah satu proksi emas-tembaga paling menarik di sektor sumber daya alam Indonesia. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE