MARKET NEWS

Saham Bukalapak (BUKA) Naik 20 Persen di Tengah Rumor Jadi Target Akuisisi Temu

TIM RISET IDX CHANNEL 07/10/2024 14:05 WIB

Saham emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) tiba-tiba melesat sejak awal perdagangan Senin (7/10/2024) di tengah sejumlah rumor yang beredar di pasar.

Saham Bukalapak (BUKA) Naik 20 Persen di Tengah Rumor Jadi Target Akuisisi Temu. (Foto: Bukalapak)

IDXChannel - Saham emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) tiba-tiba melesat sejak awal perdagangan Senin (7/10/2024) di tengah sejumlah rumor yang beredar di kalangan pelaku pasar.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 14.00 WIB, saham BUKA melesat 23.48 persen ke Rp142 per saham. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp435,45 miliar dan volume perdagangan 3,09 miliar saham.

Volume perdagangan sangat ramai hari ini, melampaui rata-rata pergerakan 20-hari, yang hanya 357 juta saham, mengindikasikan tekanan beli yang tinggi.

Sejumlah pelaku pasar mengaitkan kenaikan harga saham Bukalapak ini dengan beberapa rumor, termasuk akuisisi oleh e-commerce asal China Temu.

Seperti misalnya, ditulis Algo Research pada Senin (7/10), Temu, perusahaan e-commerce asal China yang dimiliki oleh PDD Holdings, dikabarkan tertarik masuk ke pasar Indonesia.

Namun, pemerintah Indonesia khawatir Temu dapat mengganggu industri UMKM lokal dengan menjual produk impor dari China.

Hal ini memicu spekulasi bahwa BUKA mungkin menjadi target akuisisi, seperti TikTok dan Tokopedia, mengingat izin operasional Temu mungkin tidak diberikan.

Di samping soal akusisi oleh Temu, rumor lainnya berkaitan dengan divestasi di BBHI.

Menurut catatan Algo Research, BUKA mengalami kerugian tahun ini, sebagian besar karena investasi di Bank Allo (BBHI), di mana BUKA memiliki 11,5 persen kepemilikan.

Saham BBHI saat ini diperdagangkan di IDR 925 persen saham, lebih rendah dari harga penutupan di akhir 2023. Spekulasi menyebutkan BUKA mungkin menjual BBHI dan fokus memperkuat ekosistem dengan Superbank.

Kemudian, ada juga rumor pasar soal potensi dividen atau buyback.

Masih mengikuti penjelasan Algo Research, ada spekulasi bahwa BUKA dapat membagikan dividen atau melakukan buyback saham menggunakan kas IPO yang cukup besar. Per Juni 2024, BUKA memiliki kas sebesar Rp9,45 triliun.

Saat ini, IDXChannel.com tengah berusaha menghubungi pihak Bukalapak terkait rumor di muka.

Direktur Mundur

Sebelumnya, dalam keterbukaan informasi pada 4 Oktober 2024, Bukalapak mengumumkan bahwa Teddy Nuryanto Oetomo telah mengundurkan diri dari posisinya sebagai direktur perseroan.

Pengunduran diri ini merupakan keputusan pribadi Teddy setelah hampir enam tahun mendedikasikan dirinya kepada perusahaan.

Dalam pernyataannya, Bukalapak menyampaikan bahwa saat ini belum ada rencana untuk mencari pengganti Teddy. Namun, jika terjadi perubahan, perusahaan akan mengumumkannya dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan datang, di mana pengunduran diri Teddy akan resmi diterima.

Bukalapak menegaskan bahwa pengunduran diri ini tidak berdampak pada operasional perusahaan. Dalam Surat No. 757/BL/CORSEC/SURAT/X/2024 yang dirilis pada 2 Oktober 2024, perusahaan menegaskan bahwa seluruh kegiatan operasional tetap berjalan normal.

Terkait dengan strategi perusahaan ke depan, Bukalapak menyatakan bahwa perubahan susunan Direksi tidak akan mempengaruhi fokus perusahaan. Bukalapak akan terus berupaya mencapai keuntungan dan pertumbuhan berkelanjutan melalui empat segmen bisnis utamanya.

Bukalapak juga menegaskan bahwa tidak ada informasi atau kejadian penting lain yang bersifat material dan berpotensi mempengaruhi harga saham yang belum diungkapkan kepada publik.

Teddy sendiri memiliki latar belakang yang kuat di industri keuangan dengan berbagai pengalaman penting di sejumlah perusahaan ternama.

Teddy diangkat sebagai Direktur Bukalapak berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) pada 30 April 2021, dan pengangkatannya efektif pada penutupan RUPSLB tersebut.

Sebelum bergabung dengan Bukalapak, Teddy memegang berbagai posisi strategis di sektor keuangan.

Dari 2015 hingga 2018, ia menjabat sebagai Head of Intermediary Business di PT Schroders Investment Indonesia.

Sebelumnya, Teddy menjabat sebagai Head of Indonesia Equity Research di Credit Suisse dari 2011 hingga 2014, setelah sebelumnya bekerja sebagai Equity Research Analyst di perusahaan yang sama sejak 2006 hingga 2011.

Pengalamannya di bidang riset pasar modal dimulai saat ia menjadi Research Analyst di Capital Market CRC Ltd. pada periode 2002 hingga 2005.

Teddy Nuryanto Oetomo memiliki latar belakang akademis yang solid, dengan gelar Ph.D di bidang Ekonomi dari University of Sydney yang diperolehnya pada 2006. Ia juga meraih Bachelor of Economics dari universitas yang sama pada 2001. (Aldo Fernando)

 

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE