MARKET NEWS

Saham dan Obligasi Properti China Diburu, Kebijakan Zero COVID Jadi Pengganggu

Taufan Sukma/IDX Channel 30/11/2022 04:52 WIB

optimisme ini kembali harus diliputi kekhawatiran terkait kebijakan pembatasan COVID-19 yang tentunya menekan dari sisi permintaan.

Saham dan Obligasi Properti China Diburu, Kebijakan Zero COVID Jadi Pengganggu (foto: MNC Media)

IDXChannel - Gelombang baru di industri properti China dimulai. Saham dan obligasi yang diterbitkan perusahaan pengembang di negara tersebut terpantau melonjak sejak Selasa (20/11/2022) lalu.

Sebagaimana dilansir reuters, Selasa (29/11/2022), kebijakan pemerintah setempat yang telah mencabut larangan refinancing ekuitas untuk perusahaan yang terdaftar, membuat pelaku pasar kembali bergairah, dan mulai kembali percaya pada potensi sektor properti ke depan.

Praktis, kondisi ini mempermudah kalangan pengembang untuk mengakses pendanaan baru. Namun, optimisme ini kembali harus diliputi kekhawatiran terkait kebijakan pembatasan COVID-19 yang tentunya menekan dari sisi permintaan. Hal ini, diantaranya, yang menjadi pemicu atas protes jalanan, yang sebelumnya jarang terjadi di China.

Lonjakan saham dan obligasi terjadi setelah China Securities Regulatory Commission (CSRC) menyatakan pada hari Senin (28/11/2022) akan memperluas saluran pembiayaan ekuitas, termasuk penempatan saham swasta untuk China dan pengembang China yang terdaftar di Hong Kong, sekaligus mencabut larangan yang berlaku selama bertahun-tahun.

Langkah ini merupakan pelonggaran peraturan terbaru saat Beijing meningkatkan dukungan untuk bisnis properti, yang notabene merupakan sektor penyumbang seperempat perekonomian China.

Banyak pengembang telah gagal membayar kewajiban utang yang menumpuk selama ledakan pembangunan dan sekarang telah menghentikan konstruksi. Indeks Real Estat CSI 300 China naik 9,4 persen, berada di jalur yang tepat untuk membukukan lompatan harian terbesar yang pernah ada.

Sementara, Indeks Properti Daratan Hang Seng Hong Kong (HSMPI) naik 9,2 persen lebih tinggi. Saham Longfor (0960.HK), Agile (3383.HK) dan China Vanke masing-masing melonjak lebih dari 12 persen, sedangkan Country Garden (2007.HK) bertambah 9,3 persen.

“Kita harus melihat adanya peningkatan penting, karena berlanjutnya pelonggaran kebijakan oleh pemerintah pusat dalam satu bulan terakhir," ujar seorang analis, Nomura, kepada Reuters.

Mereka menambahkan, bagaimanapun setelah perubahan terbaru dan pelonggaran kebijakan di sisi penawaran kurang lebih habis, pemerintah pusat harus mencari cara untuk meningkatkan permintaan properti.

“Menghidupkan kembali permintaan properti akan menjadi tantangan di bawah situasi COVID-19 yang memburuk baru-baru ini, dan protes di kota-kota besar China, serta tren harga perumahan yang melemah", ujarnya.

Protes jalanan meletus beberapa Kota di seluruh China selama akhir pekan, digambarkan sebagai pemungutan suara menentang kebijakan Zero COVID yang diterapkan Presiden Xi Jinping. Gelombang protes tersebut sekaligus menjadi pembangkangan publik terkuat yang pernah terjadi pada era Jinping.

Terlepas dari prospek permintaan yang tidak pasti, investor menyambut baik dukungan pendanaan terbaru. Obligasi berdenominasi Yuan yang diterbitkan oleh pengembang China CIFI Group, Guangzhou Times Holdings, Country Garden masing-masing meroket antara 20 persen hingga 50 persen.

Obligasi dolar diperdagangan juga naik, meski kenaikannya lebih ringan. Tahap obligasi dolar Country Garden yang akan jatuh tempo pada Januari 2025 bertambah 5,6 sen.

Saham bank investasi China akan bergerak lebih tinggi di tengah harapan bahwa relaksasi pembiayaan ekuitas terbaru yang berpotensi meningkatkan bisnis penjaminan emisi saham mereka. Citic Securities naik tipis 3,5 persen di Hong Kong.

Indeks sektor perbankan China mengalami kenaikan 5,3 persen karena ekspektasi pengurangan risiko kredit dari pengembang. Bank of Ningbo melonjak 10 persen dari batas harian dan China Merchants Bank naik 9,1 persen.

"Sebagian besar saluran pendanaan yang dibutuhkan pengembang properti sudah tercakup sekarang," ujar ekonom senior Natixis, Gary Ng.

Dia mengatakan pencabutan larangan pembiayaan ekuitas merupakan langkah besar, setelah Beijing memperluas program pembiayaan untuk mendukung penerbitan obligasi.

"Sekarang terserah apakah pasar, atau pada dasarnya pemain negara akan benar-benar mendukung sektor ini, Jika dana dapat dikumpulkan dari investor yang didukung negara, akan ada konsolidasi yang berarti di sektor properti,” tegas Ng. (TSA)

Penulis: Hafiz Habibie

SHARE