Saham Disney (DIS) Tidak Tersengat Efek Sekuel Avatar, Kenapa?
Avatar effect sepertinya tidak menghampiri kinerja saham berkode DIS ini.
IDXChannel - Sekuel film Avatar: The Way of Water menduduki posisi puncak box office dalam dua pekan terakhir penayangan di Amerika Utara.
Film garapan James Cameron itu melanjutkan tren positif sebagai peringkat teratas box office sejak penayangan perdana.
Mengutip Vanity, film yang mengisahkan perjalan keluarga makhluk Na’vi bernama Jake Sully dan Neytiri di planet Pandora ini mencetak tonggak penting box office dengan pendapatan melampaui USD550 juta dari penjualan tiket secara global.
Film dengan anggaran pembuatan sebesar USD350 juta ini disebut terinspirasi salah satunya dari suku Bajo dari Indonesia yang digambarkan sebagai Suku Metkayina, suku yang hidup berdampingan dengan keanekaragaman biota laut.
Sang Sutradara James Cameron mengatakan bahwa ia melakukan riset untuk menciptakan karakter Suku Metkayina, termasuk budaya suku Bajo.
Mengutip data The Numbers per 28 Desember 2022, film Avatar meraih kesuksesan domestik dengan nilai mencapai USD293,29 juta dan secara International pendapatannya mencapai USD661,9 juta. Secara Worldwide film ini meraup untung hingga USD955,19 juta.
Dalam sekuel Avatar yang pertama, kesuksesan film berbasis computer-generated imagery atau CGI ini ditopang oleh penerapan teknologi tiga dimensi yang apik dan fenomenal. Secara global saat itu Avatar mengantongi pendapatan USD2,922 miliar.
Sebagai salah satu film andalan Disney tahun ini, tentu pendapatan fantastis ini diharapkan dapat mendongkrak kinerja induk perusahaannya. Lalu, bagaimana kinerja Disney sepanjang tahun ini?
Kinerja Saham Disney Tak Semoncer Avatar
The Walt Disney Company adalah perusahaan konglomerasi di bidang hiburan dan media terbesar di dunia.
Perusahaan ini didirikan pada 16 Oktober 1923 oleh Walt Disney dan Roy Oliver Disney dengan nama Disney Brothers Cartoon Studio di awal pendiriannya.
Merajai pasar hiburan di Amerika Serikat (AS), Disney menjadi terkenal di seluruh dunia dan menghadirkan tayangan-tayangan box office para pecinta film.
Sayangnya, Avatar effect sepertinya tidak menghampiri saham berkode DIS ini.
Per 27 Desember, saham Disney anjlok 44,35% sepanjang tahun ini, kinerja terburuk dalam hampir 5 dekade.
Kinerja saham Disney anjlok dipengaruhi beberapa faktor seperti dampak pandemi Covid-19, masalah manajemen, dan penurunan pasar yang lebih luas.
Setelah kesuksesan Avatar The Way of Water sebagai box office, sayangnya tidak dibarengi dengan perbaikan saham Disney.
Lima hari setelah rilisnya, saham Disney justru turun pada Senin, (19/12). Di hari tersebut, saham Disney ditutup turun lebih dari 4% di level USD85,78, setelah mencapai level terendah selama 52 minggu sebelumnya.
Para analis mematok standar tinggi dari sekuel Avatar karena melihat film ini telah lama ditunggu-tunggu sebagai pemenang box office untuk Disney tahun ini di tengah musim liburan akhir tahun.
Namun, film ini disebut hanya meraih USD134 juta di box office domestik selama akhir pekan pembukaannya, jauh dari ekspektasi analis sebesar USD175 juta dan perkiraan Disney sendiri antara USD135 juta hingga USD150 juta.
Saham Disney sempat mencapai USD200 per saham pada puncak era pandemi Maret 2021, setelah Chief Executive Officer (CEO) nya, Bob Chapek mengungkapkan kesuksesan streaming awal untuk produk segmen Video on Demand (VoD), Disney+.
Chapek digantikan bulan lalu oleh pendahulunya, Robert Iger setelah Disney kehilangan ekspektasi pendapatan sekitar USD1 miliar pada kuartal keempat tahun ini dengan ramalan pendapatan yang mengecewakan.
Disney juga kehilangan potensi penonton di China akibat kebijakan lockdown Covid-19 dan masih tingginya kasus di sana yang menyebabkan orang dilarang untuk pergi ke bioskop.
The Way of Water hanya menghasilkan pendapatan USD57,1 juta di sana. Berdasarkan tanggapan Disney kepada Wall Street Journal, kondisi ini mengecewakan namun masih dapat dimengerti.
“Masalahnya adalah tidak ada yang mau pergi ke bioskop, karena mereka telah diberi tahu bahwa COVID sangat berbahaya. Meskipun bioskop buka, keinginan untuk pergi ke bioskop tidak benar-benar ada,” kata Tony Chambers, kepala distribusi teater global Disney, mengutip WSJ, Rabu (28/12). (ADF)