MARKET NEWS

Saham Emiten Emas dan Nikel Unjuk Gigi, MDKA Terbang 13 Persen

TIM RISET IDX CHANNEL 20/12/2023 15:13 WIB

Saham emiten tambang emas dan nikel kompak melejit pada lanjutan sesi II, Rabu (20/12/2023) seiring harga komoditas terkait dalam tren menguat.

Saham Emiten Emas dan Nikel Unjuk Gigi, MDKA Terbang 13 Persen. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Saham emiten tambang emas dan nikel kompak melejit pada lanjutan sesi II, Rabu (20/12/2023) seiring harga komoditas terkait, terutama si logam kuning, dalam tren menguat.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 14.36 WIB, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) melonjak 13,10 persen ke Rp2.590 per saham.

Saham emiten emas lainnya, seperti SQMI ikut naik 3,77 persen, BRMS terapresiasi 3,53 persen, PSAB 2,30 persen, UNTR 0,92 persen, ARCI 0,48 persen, dan ANTM 0,30 persen.

Saham anak sister company MDKA yang berfokus pada bisnis nikel, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) juga melesat, yakni sebesar 7,62 persen.

Saham emiten BUMN TINS turut menghijau 4,88 persen. Saham INCO dan HRUM juga menguat 1,44 persen dan 1,15 persen. Tidak hanya itu, saham NCKL juga mendaki 0,49 persen.

Harga emas di pasar spot naik 0,16 persen ke USD 2.043 per troy ons. Harga komoditas ini sedang dalam tren menaik sejak rebound pada 6 Oktober 2023, dengan akumulasi kenaikan 12,2 persen.

Sementara, indeks dolar (DXY) melemah 1,48 persen ke 102,23 dalam sebulan.

Dihargai dalam dolar, emas biasanya naik seiring pelemahan dolar AS lantaran pelemahan mata uang Negeri Paman Sam tersebut cenderung membuatnya lebih murah dibandingkan mata uang lainnya.

Di harga saat ini, emas masih di bawah rekor tertinggi USD2.135,40 yang dicapai di awal Desember lalu.

Kenaikan emas terjadi setelah The Fed, pada pertemuan FOMC, Rabu waktu AS (13/12), kembali menahan suku bunga untuk kali ketiga beruntun dan memperkirakan bahwa bank sentral tersebut akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun mendatang.

Dalam pernyataannya, The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil, seperti yang diharapkan, dan 17 dari 19 pejabat bank sentral itu dengan suara bulat memperkirakan kebijakan suku bunga akan lebih rendah pada akhir 2024.

The Fed sejak Maret 2022 telah menaikkan suku bunga sebesar 525 basis poin sebagai upaya mengendalikan inflasi.

Berbeda, nikel berjangka di London Metal Exchange (LME) malah turun 3,90 persen ke USD16.265 per ton. Sedangkan, harga nikel berdasarkan website Tradingeconomics naik 1,55 persen ke USD16.517 per ton.

Prospek Nikel

Mengutip Kallanish (6 Oktober 2023), Macquarie Group memperkirakan harga nikel LME akan berada di kisaran USD18.000-USD20.000 per ton pada 2024, dengan catatan perkiraan harga telah bergeser ke bawah seiring risiko yang terus-menerus.

Hal ini termasuk seiring prospek ekonomi yang lemah, kelebihan kapasitas nikel yang besar dan potensi penurunan biaya tunai. Namun, pengumuman penutupan tambang dapat memberikan dukungan terhadap harga nikel.

Lembaga penelitian tersebut mencatat, harga nikel akan kesulitan untuk naik secara berkelanjutan di atas USD20,000-21,000/t selama lima tahun ke depan jika penambahan pasokan ke kapasitas Indonesia mencapai tingkat yang direncanakan.

Macquarie mengatakan surplus pasokan nikel global telah berkurang dari 200.000 ton menjadi 158.000 ton sebagai akibat dari rendahnya produksi nikel pig iron di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi yang disebabkan oleh beberapa produsen dan berkurangnya ketersediaan bijih nikel.

Pihak rumah riset tersebut telah mengidentifikasi lebih dari 5 juta ton/tahun potensi kapasitas Indonesia pada 2027 dibandingkan dengan tahun 2022 sebesar 1,45 juta ton dan output dunia sebesar 3,1 juta ton.

Hal ini berarti surplus masih berada dalam perkiraan dasar para analis untuk keseluruhan pasar nikel hingga 2027, kemungkinan besar terjadi pada semua kategori produk utama.

Namun, Macquarie mencatat pertumbuhan permintaan nikel tetap menjadi logam dasar terkuat dengan rata-rata 7 persen per tahun selama periode 2022-2030, sebagian besar didorong oleh permintaan dari sektor baterai kendaraan listrik (EV).

Tahun ini, produksi dan konsumsi bahan-bahan berkualitas baterai di China lebih lemah dari perkiraan, sebagian disebabkan oleh destocking rantai pasokan di tengah penurunan harga, dan juga karena lonjakan bahan kimia non-nikel, seperti litium besi fosfat (LFP).

Penggunaan nikel dalam produksi baterai tumbuh pesat pada 2022, diperkirakan mencapai 486.000 t – meningkat sebesar 119.000 t y-o-y (secara tahunan)– dengan China menyumbang sekitar 80% penggunaan global.

Pertumbuhan melambat pada Semester I-2023, khususnya di China, di mana penggunaan nikel turun sekitar 20 persen jika dibandingkan dengan Semester II-2022, meskipun masih naik 5% y-o-y.

“Kami memperkirakan pemulihan pada paruh kedua 2023 dan pertumbuhan diproyeksikan akan tetap kuat setiap tahunnya hingga 2027, ketika konsumsi diperkirakan melebihi 1 juta ton. Meskipun ada tren menuju baterai tanpa nikel (LFP), ada juga tren menuju baterai nikel yang lebih tinggi (hingga 90 persen kandungan Ni) pada kendaraan kelas menengah dan berperforma lebih tinggi untuk mengatasi kekhawatiran akan jangkauan, khususnya di luar Asia,” jelas Macquaire. 

Para analis memperkirakan harga nikel akan rata-rata $22,224/t tahun ini, turun dari $26,129/t pada 2022. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE