MARKET NEWS

Saham Emiten Keramik ARNA-CAKK Melesat, Ada Kabar Baik soal Kebijakan Bea Masuk?

TIM RISET IDX CHANNEL 09/07/2024 11:51 WIB

Sejumlah saham emiten produsen keramik menguat signifikan dalam lanjutan sesi I, Selasa (9/7/2024)

Saham Emiten Keramik ARNA-CAKK Melesat, Ada Kabar Baik soal Kebijakan Bea Masuk? (Foto:

IDXChannel – Sejumlah saham emiten produsen keramik menguat signifikan dalam lanjutan sesi I, Selasa (9/7/2024), seiring adanya kabar pemerintah tengah mengkaji kebijakan bea masuk untuk melindungi keramik—termasuk tekstil—dalam negeri.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) naik tinggi 8,00 persen ke Rp675 per saham, dengan nilai transaksi tercatat mencapai Rp6,42 persen dan volume perdagangan 9,64 juta saham.

Saham ARNA melanjutkan kenaikan pada Senin yang sebesar2,46 persen.

Selain ARNA, saham PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK) menguat 7,14 persen.

Dengan ini, saham emiten yang terafiliasi Grup Tancorp ini sudah naik lima hari beruntun, mengimplikasikan kenaikan 31,39 persen dalam sepekan.

Saham PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO) turut tersengat kenaikan kedua saham di muka, yakni dengan persentase 4,76 persen, kendati dengan nilai transaksi yang tidak begitu tinggi (hanya Rp318,18 juta).

Saham PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA) juga naik, yakni 0,53 persen, dengan nilai transaksi Rp1,62 miliar.

Menurut catatan Stockbit Sekuritas, pada 5 Juli 2024, Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada 2 Juli 2024 merekomendasikan besaran Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) sekitar 100,12–199,88 persen untuk produk keramik impor asal China. 

Rekomendasi tersebut diberikan usai KADI melihat adanya kausalitas antara kerugian industri keramik dalam negeri dengan barang dumping dari Negeri Tirai Bambu.

Masih mengutip Stockbit, saat ini, keramik impor telah dikenakan Bea Masuk Tindak Pengamanan (BMTP) sebesar 13 persen melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.156/PMK.010/2021, dengan masa berlaku hingga November 2024.

“Meski demikian, harga keramik buatan industri dalam negeri masih tidak dapat bersaing dengan harga keramik impor asal China,” tulis Stockbit.

Menurut laporan KADI, keramik impor asal China berkontribusi terhadap 41 persen konsumsi nasional periode Juli 2021–Juni 2022, sedangkan sebanyak 49 persen berasal dari domestik dan 10 persen sisanya dari impor negara lainnya.

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) mengungkapkan, dikutip dari Antara (5/7), pihaknya tengah mengkaji kemungkinan penerapan dua jenis bea masuk, yakni Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) dan Bea Masuk Anti-Dumping, untuk melindungi industri tekstil dan keramik RI.

Pernyataan tersebut Zulkifili sampaikan berkaitan dengan hasil rapat terbatas (ratas) yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Zulhas mengatakan bahwa ratas tersebut menghasilkan putusan terdapat sejumlah produk yang akan mendapat perhatian khusus.

Produk-produk akan menjadi perhatian khusus pemerintah, kata Zulhas, meliputi tekstil dan produk tekstil (TPT), pakaian jadi, keramik, elektronik, kosmetik, barang tekstil sudah jadi, dan alas kaki.

Stockbit menilai, implementasi kebijakan BMAD akan berdampak positif bagi produsen keramik dalam negeri seperti ARNA dan CAKK.

Hal tersebut, demikian penjelasan Stockbit, mengingat harga keramik impor asal China akan naik sejalan dengan tarif BMAD.

“Dampaknya, harga keramik lokal akan semakin kompetitif jika dibandingkan dengan produk keramik China, sehingga berpotensi meningkatkan volume permintaan, utilisasi pabrik, dan profitabilitas perusahaan,” kata analis Stockbit.

Sementara, di sisi lain, Stockbit menilai, potensi pemanfaatan masa tenggang oleh importir dapat meningkatkan persediaan keramik impor asal China di dalam negeri.

“Jika terjadi, hal ini dapat menimbulkan lagging effect antara implementasi BMAD dan kenaikan volume penjualan industri keramik dalam negeri,” tulis Stockbit dalam laporannya. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE