MARKET NEWS

Saham Farmasi-RS Kena Profit Taking, PEHA-KAEF Anjlok Belasan Persen

TIM RISET IDX CHANNEL 21/12/2023 12:52 WIB

Saham emiten kesehatan, termasuk farmasi dan rumah sakit (RS), kompak anjlok hingga penutupan sesi I, Kamis (21/12/223)

Saham Farmasi-RS Kena Profit Taking, PEHA-KAEF Anjlok Belasan Persen. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham emiten kesehatan, termasuk farmasi dan rumah sakit (RS), kompak anjlok hingga penutupan sesi I, Kamis (21/12/223), seiring investor melakukan aksi ambil cuan (profit taking). Saham tersebut sempat melesat di tengah pasar merespons kabar lonjakan infeksi Covid-19 varian anyar di Tanah Air.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham emiten farmasi BUMN PT Kimia Farma Tbk (KAEF) ambles 11,68 persen ke Rp1.475 per saham. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp60 miliar dan volume perdagangan 39 juta saham.

Kendati turun tajam, dalam sepekan, saham KAEF sukses terbang 52,06 persen dan dalam sebulan melonjak 107,75 persen.

Saham anak usaha KAEF PT Phapros Tbk (PEHA) juga turun tajam, yakni minus 15,88 persen ke Rp715 per saham. Saham PEHA masih melejit 24,35 persen dalam sepekan dan mendaki 28,83 persen dalam sebulan.

Saham emiten peralatan dan perlengkapan medis PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) ikut terkena tekanan jual, turun 9,77 persen. Saham IRRA sukses membukukan keuntungan 45,37 persen hanya dalam seminggu dan 65,61 persen dalam sebulan.

Kabar terbaru, saham IRRA masuk dalam radar pantauan Bursa Efek Indonesia (BEI) akibat peningkatan harga saham diluar kebiasaan atau Unusual Market Activity (UMA).

"Dengan ini kami menginformasikan bahwa telah terjadi peningkatan harga saham IRRA yang di luar kebiasaan (Unusual Market Activity)," tulis surat yang ditandatangani Kepala Divisi Pengawasan Transaksi Yulianto Aji Sadono dan Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan Pande Made Kusuma Ari A., dikutip IDXChannel, Kamis (21/12).

Selain hanya tiga nama di atas, saham INAF dan PYFA juga merosot 7,52 persen dan 4,37 persen. Saham OMED juga turun 1,90 persen, SIDO 1,83 persen, KLBF 0,93 persen, DVLA 0,89 persen, dan MERK 0,24 persen.

Saham-saham pengelola RS dan laboratorium turut longsor ke zona merah. Saham CARE terjungkal 9,55 persen, PRIM minus 6,06 persen, SRAJ 1,90 persen, SILO 1,86 persen, HEAL 1,69 persen, SAME 1,23 persen, DGNS 0,72 persen, BMHS 0,59 persen, dan PRDA 0,46 persen.

Kasus Covid-19 Varian JN.1

Lonjakan kasus Covid-19 dengan varian JN.1 terjadi di Singapura dan China, dan kini Indonesia. Kedua negara itu mengalami kenaikan angka kasus baru Covid-19 baru varian JN.1.

Di China, pada awal November dari kasus Covid-19 yang mulanya 4 persen menjadi sekitar 30 persen pada awal Desember. Pada 10 Desember, varian tersebut telah terdeteksi di setidaknya 40 negara di seluruh dunia.

Sementara itu di Singapura, menurut data dari Kementerian Kesehatan negara tersebut jumlah perkiraan infeksi Covid-19 meningkat dua kali lipat menjadi 22.094 pada 19-25 November, dibandingkan dengan 10.726 pada minggu sebelumnya.

Angka kasus Covid-19 yang kembali tinggi di beberapa negara tentu saja mengkhawatirkan. Apalagi kini varian baru JN.1 sudah masuk Indonesia dan terdeteksi empat orang terinfeksi varian ini.

Tren kenaikan kasus konfirmasi Covid-19 terdeteksi sejak awal Desember dan semakin tampak pada pertengahan bulan ini.

Per Rabu (20/12), kasus konfirmasi Covid-19 harian tercatat 486, kasus sembuh harian 144, kasus meninggal 4, dan total kasus aktif 2.886. (Lihat tabel di bawah ini.)

Sumber: infeksiemerging.kemkes.go.id

Kata Epidemiolog

Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) sekaligus Epidemiolog, Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, pencegahan jauh lebih baik daripada mengobati.

Tri menilai, diperlukan upaya pencegahan agar tak terjadi lonjakan kasus Covid-19 saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

“Protokol kesehatan adalah kunci dalam pencegahan Covid-19. Dengan melakukan protokol kesehatan yang tidak setengah-setengah, artinya dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka upaya pencegahan Covid-19 dapat berjalan dengan efektif. Walaupun tidak 100 persen, tetapi protokol kesehatan tersebut dapat menghindari peningkatan kasus Covid-19 dengan baik,” kata Miko dalam keterangannya dikutip, Kamis (21/12/2023).

Miko menyebut untuk mengurangi kemungkinan penularan kasus di masyarakat, menjaga jarak dan menggunakan masker merupakan suatu keharusan, baik di tempat pariwisata, penginapan, restoran, atau tempat umum lainnya.

Dr. Miko menekankan bahwa kebijakan dan protokol kesehatan di tempat umum merupakan peraturan pemerintah yang harus dilaksanakan dan ada hukuman yang berarti bagi pelanggarnya. Selain itu, masyarakat yang mengalami gejala Covid-19 seperti batuk, sesak napas, pilek, dan demam apalagi disertai batuk dianjurkan untuk tidak berkerumun dan tidak memaksakan diri untuk bepergian.

"Mengingat saat ini sedang memasuki musim hujan yang kerap menimbulkan penyakit seperti flu dan batuk yang mirip dengan gejala Covid-19, masyarakat perlu lebih jeli dan proaktif melakukan pemeriksaan," ujarnya.

"Penyakit influensa atau batuk pilek yang disebabkan oleh virus influenzae A dan B serta oleh mikroogranisme lainnya sulit dibedakan dengan infeksi virus COVID-19. Pemeriksaan khusus untuk COVID-19, virus influenzae, atau mikroorganisme lainnya diperlukan untuk mengetahui dengan pasti penyebab dari gejala-gejala tersebut," imbuhnya.

Miko menilai transportasi yang paling aman digunakan saat ini adalah pesawat terbang, disusul kereta api antarprovinsi, kemudian bus dan semua angkutan yang ketat dalam memberlakukan peraturan. Penting juga untuk memilih hotel atau akomodasi yang memberlakukan protokol kesehatan.

“Tetapi kebijakan pakai masker sekarang jarang dilakukan oleh masyarakat di semua tempat dan di semua angkutan. Oleh karena itu, Pemerintah harus menggaungkan lagi protokol kesehatan secara cermat dan adekuat agar transmisi Covid-19 dapat dikurangi,” ungkapnya.

Miko menjelaskan untuk memantau dinamika dan perkembangan kasus Covid-19 di daerah tujuan liburan, surveilans kasus Covid-19 dan keberadaan reagen untuk pemeriksaan swab tenggorok harus segera dilakukan di semua kabupaten/kota di Indonesia.

“Surveilans ini seharusnya dilakukan sejak ditetapkannya pandemi berakhir, yaitu pada Maret 2023, hingga sekarang. Dengan surveilans kasus Covid-19 dan Whole Genome Sequencing Surveillance (WGSS) yang baik, kita dapat mengatahui penyebaran penyakit Covid-19 dan mutasi virusnya di Indonesia," ungkapnya. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE