MARKET NEWS

Saham GOTO-BUKA Terseok Lagi saat Induk Shopee (Sea) dan GRAB Uptrend

TIM RISET IDX CHANNEL 10/06/2024 13:06 WIB

Dua saham emiten teknologi RI PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) kompak anjlok hingga sesi I, Senin (10/6/2024).

Saham GOTO-BUKA Terseok Lagi saat Induk Shopee (Sea) dan GRAB Uptrend. (Foto: GoTo)

IDXChannel – Dua saham emiten teknologi RI PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) kompak anjlok hingga sesi I, Senin (10/6/2024). Gerak keduanya berbeda dengan pesaing di Asia Tenggara macam induk Shopee Sea Ltd dan Grab Inc.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham GOTO anjlok 3,45 persen ke Rp56 per saham. Dengan ini, saham GOTO sudah 8 kali dalam 10 hari perdagangan terakhir.

Saham GOTO minus 12,50 persen dalam sepekan dan 13,85 persen dalam sebulan. Sejak awal tahun (YtD), saham ini terjun 34,88 persen.

Sebelumnya, GOTO mengumumkan penundaan salah satu agenda yang seharusnya dijadwalkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

Agenda tersebut adalah rencana penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement maksimum 10 persen dari saham beredar.

Mulanya, rencana private placement sebanyak 120,14 miliar saham akan dimintakan restu investor dalam RUPSLB pada 11 Juni besok.

Direktur GOTO Pablo Malay mengatakan, penundaan tersebut karena persetujuan pemegang saham atas private placement sebelumnya masih berlaku sampai dengan 30 Juni 2024.

"Perseroan akan mengajukan kembali persetujuan atas rencana PMTHMETD pada RUPSLB yang akan dilakukan oleh perseroan di kemudian hari," katanya dikutip Minggu (9/6).

Dengan demikian, agenda RUPSLB yang digelar 11 Juni hanya ada satu agenda, yaitu persetujuan atas rencana pembelian saham perseroan (buyback).

Setali tiga uang, saham BUKA juga merosot 4,55 persen ke level Rp126 per saham, melanjutkan koreksi 2,94 persen pada Jumat (7/6) pekan lalu.

Dalam sepekan, saham BUKA minus 5,97 persen dan secara YtD jeblok 41,67 persen.

Sea dan Grab Uptrend

Pergerakan kedua saham jagoan tech Indonesia tersebut kontras dengan Sea dan Grab yang tengah dalam tren naik (uptrend).

Sea yang melantai di Bursa New York (NYSE), Amerika Serikat (AS) dengan kode SE uptrend sejak Januari 2024. Kini diperdagangkan di harga USD72,47. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sumber: TradingView

Saham induk Shopee dan pengembang game Garena tersebut sudah melonjak 97 persen sepanjang 2024, mencoba membalik tren turun atawa downtrend sejak akhir 2021 silam.

Angin baik tengah berembus untuk saham Sea.  Mengutip EQ Research dalam artikel pada 17 Mei lalu, Shopee berhasil melampaui ekspektasi pasar dengan pertumbuhan pendapatan yang cepat dan memperbaiki kerugiannya, dengan target EBITDA positif pada paruh kedua 2024.

Garena juga menunjukkan tanda-tanda pemulihan dengan pertumbuhan pemesanan di kuartal I-2024. SE juga terus mengurangi utang jangka panjang dan mempertahankan arus kas operasional yang positif.

Demikian pula, saham Grab, kompetitor terdekat unit jasa ride-hailing GOTO, Gojek, yang tercatat di Nasdaq AS, yang tengah menikmati uptrend. Kendati memang, dengan laju yang tidak sekencang Sea.

Saham Grab condong menguat sejak awal Maret 2024, dengan kenaikan 22 persen dalam periode tersebut. Kini saham GRAB dibanderol di harga USD3,67.

Menurut analisis EQ Research pada 23 Mei 2024, Grab memiliki keunggulan kompetitif seiring mampu memimpin pasar segmen mobilitas dan pengiriman di Asia Tenggara.

Pada kuartal I-2024, bisnis mobilitas Grab mencatat pertumbuhan GMV sebesar 27 persen secara tahunan (YoY), menunjukkan, demikian jelas EQ Research, Grab mengambil pangsa pasar dari pesaing terdekatnya, Gojek.

Seperti segmen mobilitas, pertumbuhan GMV 19 persen untuk bisnis pengirimannya menunjukkan bahwa Grab mengambil pangsa pasar dari pesaingnya, Foodpanda.

Sementara, segmen layanan keuangan perusahaan, meskipun masih dalam tahap awal pengembangan, berpotensi mencapai pertumbuhan pendapatan yang kuat dan margin EBITDA yang kokoh setelah peluncuran digital bank, Superbank, di Indonesia.

Menyinggung GOTO, perusahaan ini mencatatkan rugi bersih sebesar Rp862 miliar. Rugi tersebut susut 78 persen dari sebelumnya sebesar Rp3,86 triliun. 

Ini pertama kalinya GOTO membukukan rugi bersih kuartalan di bawah Rp1 triliun atau terendah sejak tercatat di BEI.

Sejalan dengan itu, GOTO juga membukukan pendapatan Rp4,07 triliun di kuartal I-2024. Angka itu mengalami peningkatan sebesar 22 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,33 triliun.

 “Pada kuartal pertama 2024, kami telah mempercepat pelaksanaan strategi tersebut serta kembali melakukan investasi pada produk-produk andalan, yang hasilnya mulai terlihat di bulan Maret dan April 2024,” kata Direktur Utama GOTO, Patrick Walujo di Jakarta pada 29 April 2024.

Di samping itu, nilai transaksi bruto atau gross transaction value (GTV) Grup pada kuartal ini tumbuh 20% mencapai Rp116,5 triliun. Sementara GTV inti Grup yang mengecualikan merchant payment gateway tumbuh 32% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp54,6 triliun.

Kejar Take-Rate

Sejumlah perusahaan e-commerce dan jasa ride hailing mencatatkan kenaikan biaya jasa atau take-rate dalam tiga tahun terakhir.

Biaya jasa aplikasi biasanya tercantum dalam tagihan penggunaan aplikasi.

Take-rate sendiri adalah biaya potongan yang dikenakan platform aplikasi dalam setiap transaksi.

Melansir laporan DealstreetAsia, dikutip Jumat (7/6/2024) pekan lalu, sejumlah platform e-commerce kenamaan di wilayah Asia Tenggara secara bertahap menaikkan biaya jasa aplikasi sejak Covid-19.

Tuntutan dalam mencapai profitabilitas yang lebih tinggi mendorong percepatan tren kenaikan biaya jasa aplikasi ini untuk memaksimalkan pendapatan riil, dibandingkan hanya meningkatkan nilai Gross Merchandise Value (GMV).

Data Dealstreet Asia mencatat, biaya jasa aplikasi sejumlah platform e-commerce dan jasa ride hailing terus naik dari tahun ke tahun sejak 2021 hingga 2023. Menurut data tersebut, Gojek mematok tarif biaya jasa paling besar di antara aplikasi lainnya. (Lihat grafik di bawah ini.)

Berjuang Profit

Sejumlah perusahaan e-commerce masih berjuang untuk profit alias meraih keuntungan dalam beberapa tahun sejak beroperasi.

Tak hanya GOTO, platform e-commerce berbasis Singapura Shopee di bawah naungan Sea Ltd juga bergantung pada pendapatan dari segmen biaya jasa.

Biaya aplikasi di Shopee juga mewakili biaya yang dibebankan oleh platform kepada penjualnya, termasuk komisi, biaya transaksi, biaya layanan, dan layanan bernilai tambah lainnya (misalnya, logistik) yang disediakan oleh platform.

Di segmen e-commerce, GMV Sea Ltd tercatat mencapai USD23,6 miliar pada kuartal I-2024, meningkat sebesar 36,3 persen dibandingkan tahun lalu.

Pendapatan pasar inti, sebagian besar terdiri dari biaya berbasis transaksi dan pendapatan iklan, naik 47,0 persen yoy menjadi USD1,7 miliar. Sementara pendapatan jasa bernilai tambah, terutama terdiri dari pendapatan terkait jasa logistik, naik 7,9 persen YoY menjadi USD722,5 juta.

Cube Asia pada pertengahan Februari 2024 menulis, tingkat biaya aplikasi yang lebih tinggi menghasilkan peningkatan pendapatan bagi platform, yang secara langsung berdampak pada profitabilitasnya.

“Dalam jangka panjang, terdapat tren kenaikan yang konsisten pada tingkat penerimaan di seluruh platform e-commerce besar, termasuk Shopee,” tulis Cube Asia dikutip Jumat (7/6) lalu.

Platform e-commerce baru sering kali menarik penjual dengan biaya jasa aplikasi yang rendah dan menarik. Namun, angka ini semakin meningkat seiring berjalannya waktu karena semakin banyak penjual yang bergantung pada platform tersebut, sehingga menjadikan lingkungan e-commerce lebih berharga bagi penjual.

“Berdasarkan data, hal tersebut telah menjadi tren di Shopee sejak 2019. Namun, kecuali pada periode Covid-19 2020-2021, pertumbuhan biaya jasa ini mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan pertumbuhan GMV,” imbuh Dealstreet Asia.

Pada 2023, take rate aplikasi Shopee juga dilaporkan telah melampaui batas tertinggi di atas 10 persen, di tengah para pengguna yang tidak bersedia membayar lebih.

Ketika tingkat biaya jasa Shopee turun kembali di bawah 10 persen pada kuartal ketiga tahun lalu, terjadi peningkatan pesat dalam pertumbuhan GMV.

Jika terus terjadi kenaikan biaya jasa aplikasi yang melampaui batasan, maka bukan tidak mungkin pelanggan Shopee akan beralih ke kompetitior.

Sebagai informasi Sea Ltd juga mencatatkan lonjakan pendapatan 23 persen year-on-year (yoy) menjadi USD3,7 miliar selama kuartal Januari-Maret 2024 dari sebelumnya USD3 miliar selama periode yang sama tahun lalu, menurut laporan keuangan kuartalan perusahaan.

Namun, total EBITDA yang disesuaikan (adjusted EBITDA) untuk kuartal tersebut turun 21 persen menjadi USD401 juta dibanding USD507,2 juta pada Q1 2023, meskipun lebih tinggi dari USD126,7 juta pada kuartal sebelumnya.

Perusahaan juga melaporkan kerugian bersih sebesar USD23 juta pada Q1 2024, berbeda dengan laba bersih positif sebesar USD87,3 juta selama Q1-2023.

"Saya senang untuk berbagi bahwa kami memulai 2024 dengan kuartal yang kuat. Ketiga bisnis kami telah memberikan pertumbuhan yang kuat dengan profil keuntungan yang ditingkatkan," kata Forrest Li, CEO Sea Ltd. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE