Saham INTP-SMGR Moncer di Awal 2023, Prospek Industri Semen Bakal Cerah?
JP Morgan juga memperkirakan baik SMGR maupun INTP akan membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 42-45 persen secara year on year (yoy) pada 2023.
Saham duo raksasa semen moncer di awal 2023 seiring kinerja keuangan yang membaik.
IDXChannel – Saham duo raksasa semen Tanah Air PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP) mencatatkan kinerja moncer di awal 2023.
Adapun, laporan JP Morgan yang dirilis pada Kamis (9/2) mengungkapkan, kinerja saham duo semen tersebut mengungguli kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2023.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (13/2) , kinerja saham SMGR secara year to date (YTD) melesat hingga 15,59 persen, mengungguli kompetitornya, yakni INTP.
Sementara kinerja saham INTP sepanjang 2023 mencatatkan kenaikan hingga 15,15 persen. (Lihat grafik di bawah ini)
Kinerja saham kedua emiten semen tersebut juga lebih unggul dibanding IHSG yang berada di 0,74 persen secara YTD.
"Kami melihat tren pangsa pasar kedua emiten ini sebagai pendorong utama naiknya harga saham karena mencerminkan lanskap harga industri," tulis laporan JP Morgan.
Di samping itu, JP Morgan juga memperkirakan baik SMGR maupun INTP akan membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 42-45 persen secara year on year (yoy) pada 2023.
Sementara, pertumbuhan laba SMGR dan INTP juga akan melesat masing-masing sebesar 45 persen dan 42 persen di tahun 2023 didorong oleh ekspansi margin dan kenaikan harga hingga 15-20 persen pada 2022.
"Kami memperkirakan, rilis laporan keuangan perusahaan pada kuartal-IV mendatang di akhir Maret 2023 bakal menjadi katalis jangka pendek bagi saham INTP karena bakal membukukan kinerja yang kuat," tulis JP Morgan.
Menurut pengamatan JP Morgan, tiga rilis laporan keuangan pada triwulan-I hingga triwulan-III 2022 telah menjadi katalis positif yang mendorong harga saham INTP dalam jangka pendek.
Adapun, JP Morgan juga masih melihat prospek menarik bagi kedua emiten ini kedepannya sehingga memberikan rating overweight bagi dua emiten ini.
Senada dengan JP Morgan, BRI Danareksa Sekuritas juga masih optimistis dengan industri semen kedepannya, termasuk dua pemain di sektor ini.
Melansir risetnya bertajuk Cement: Assessing the Impact of Zero-ODOL Policy yang dirilis pada 31 Jauari 2023, sekuritas ini memberikan rating overweight pada industri semen seiring keberhasilan dua emiten ini dalam membukukan pertumbuhan laba di tahun 2023.
"Kami percaya SMGR maupun INTP masih membukukan pertumbuhan laba positif pada tahun 2023 yang didorong oleh normalisasi harga batu bara," tulis BRI Danareksa.
Kendati demikian, industri ini perlu mewaspadai kebijakan Zero Over Dimension and Over Loading (ODOL) yang menjadi katalis negatif bagi sektor semen di tahun 2023.
Informasi saja, kebijakan Zero ODOL tersebut digulirkan oleh Kementerian Perhubungan untuk menghilangkan kelebihan kapasitas logistik untuk menekan tingkat kecelakaan di jalan raya.
"Pemerintah percaya, penyumbang utama kecelakaan lalu lintas dan jalan yang rusak adalah tuk-truk dengan kapasitas kelebihan muatan," tulis riset tersebut.
Menurut BRI Danareksa, bila kebijakan ini diterapkan, maka akan berpengaruh pada operasional tingkat pengeluaran karena biaya transportasi berkontribusi terhadap 70-80 persen dari total biaya penjualan untuk pemain semen.
Dengan demikian, dengan adanya kebijakan ini, SMGR diproyeksi akan membukukan laba bersih hanya sebesar 28 persen pada 2023, lebih rendah dari estimasi BRI Danareksa, yaitu 53,4 persen.
Bernasib sama, laba bersih INTP akan bertumbuh di kisaran 8 persen akibat regulasi ini, lebih rendah dari proyeksi BRI Danareksa, yakni sebesar 32,9 persen. (TSA)