MARKET NEWS

Saham Kesehatan KAEF-DGNS Melonjak, Investor Spekulasi Lonjakan Kasus Covid-19

TIM RISET IDX CHANNEL 02/06/2025 10:45 WIB

Saham emiten kesehatan, termasuk farmasi, melesat pada Senin (2/6/2025) pagi di tengah kabar peningkatan kasus Covid-19.

Saham Kesehatan KAEF-DGNS Melonjak, Investor Spekulasi Lonjakan Kasus Covid-19. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham emiten kesehatan, termasuk farmasi, melesat pada Senin (2/6/2025) pagi di tengah kabar peningkatan kasus Covid-19.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, pada pukul 10.34 WIB, saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) melambung 21,50 persen, Phapros (PEHA) melejit 21,58 persen, Ittama Ranoraya (IRRA) 19,37 persen.

Saham Diagnos Laboratorium Utama (DGNS) juga melonjak 12,58 persen, Jayamas Medica (OMED) terkerek 9,83 persen, Pyridam Farma (PYFA) terapresiasi 7,02 persen, Haloni Jane (HALO) 5,88 persen, Multi Medika (MMIX) 5,70 persen.

Selain itu, saham Sarana Meditama (SAME) tumbuh 4,65 persen, Kalbe Farma (KLBF) menghijau 2,31 persen, dan Charlie Hospital (RSCH) 1,42 persen.

Menurut pengamat pasar modal Michael Yeoh, Senin (2/6/2025), kenaikan saham farmasi memang erat kaitannya dengan munculnya kabar lonjakan kasus Covid-19.

Michael mengatakan, "Saham farmasi sensitif terhadap isu Covid, sehingga ketika ada isu Covid beredar, biasanya saham tersebut akan merespons."

Ia juga menekankan, meskipun saham farmasi bereaksi terhadap isu Covid-19, respons tersebut cenderung bersifat jangka pendek dan spekulatif.

“Sehingga jika investor ingin memasukkan saham farmasi sebagai portofolio, perlu mempertimbangkan timeframe serta risiko yang ckup besar,” demikian ujar Michael.

Diwartakan sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerbitkan Surat Edaran Nomor SR.03.01/C/1422/2024 tentang Kewaspadaan Terhadap Peningkatan Kasus Covid-19. 

Surat Edaran ini ditandatangani oleh Plt Dirjen Penanggulangan Penyakit Kemenkes, Murti Utami pada 23 Mei 2025.

Surat Edaran ini merespons adanya peningkatan kasus Covid-19 negara di kawasan Asia, yaitu Thailand, Hong Kong, Malaysia dan Singapura di Minggu ke-12 2025. 

Dalam surat edaran itu dijelaskan Varian Covid-19 dominan yang menyebar di Thailand adalah XEC dan JN.1; di Singapura LF.7 dan NB.1.8 (turunan JN.1); di Hong Kong JN.1; dan di Malaysia adalah XEC (turunan JN.1).

Surat Edaran ini ditujukan untuk meningkatkan kewaspadaan atas kasus Covid-19 meski transmisi penularannya dan kematiannya dinilai masih relatif rendah.

"Situasi COVID-19 di Indonesia memasuki minggu ke-20 saat ini menunjukkan tren penurunan kasus konfirmasi mingguan dari 28 kasus pada minggu ke-19 menjadi 3 kasus pada minggu ke-20 (positivity rate 0,59 persen), dengan varian dominan yang beredar adalah MB.1.1.," kata Kemenkes dalam Surat Edaran tersebut dikutip, Sabtu (31/5/2025).

Dalam surat edaran tersebut, Kemenkes juga meminta agar Dinas Kesehatan (Dinkes) di tingkat provinsi hingga kabupaten/kota melaporkan terkait tren kasus Covid-19. Hal ini untuk juga meningkatkan kewaspadaan dini.

"Meningkatkan kewaspadaan dini dengan memantau dan memverifikasi tren kasus ILI/SARI/Pneumonia/COVID-19 melalui pelaporan rutin Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) melalui link https://skdr.surveilans.org dan/atau surveilans sentinel ILI-SARI," katanya.

Kemenkes juga mengimbau Dinkes segera melaporkan apabila terjadi peningkatan kasus potensial kejadian luar biasa (KLB).

"Jika terjadi peningkatan kasus potensial KLB, segera melapor dalam waktu kurang dari 24 jam ke dalam laporan Surveilans Berbasis Kejadian/Event Based Surveillance (EBS) di aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) atau Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC)," ujarnya. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE