MARKET NEWS

Saham Konglo dan Bank Besar Lagi-Lagi Bebani IHSG, Analis Soroti Masalah Ini

TIM RISET IDX CHANNEL 24/03/2025 10:14 WIB

Saham emiten milik konglomerat dan bank besar kembali tertekan, membebani Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga turun lebih dari 2 persen.

Saham Konglo dan Bank Besar Lagi-Lagi Bebani IHSG, Analis Soroti Masalah Ini. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham emiten milik konglomerat dan bank besar kembali tertekan, membebani Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga turun lebih dari 2 persen pada Senin (24/3/2025) pagi.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.55 WIB, IHSG terkoreksi 2,11 persen ke 6.126. Secara keseluruhan, sebanyak 506 saham turun, hanya 111 saham yang naik, sedangkan 339 stagnan.

Nilai transaksi tercatat mencapai Rp3,84 triliun dan volume perdagangan 3,60 miliar saham.

Dengan ini, indeks acuan tersebut melemah 5,42 persen dalam sepekan dan terdepresiasi 9,33 persen dalam sebulan terakhir.

Saham-saham big cap yang terafiliasi dengan konglomerat menjadi pemberat (laggard). Saham AMMN, tambang milik Grup Salim, misalnya, ambles 8,94 persen. Kemudian, emiten properti milik taipan Aguan dan Grup Salim PANI anjlok 8,10 persen.

Saham produsen mi instan milik Salim, ICBP, tumbang 4,49 persen. Selanjutnya, saham data center milik Toto Sugiri dan Anthoni Salim DCII turun 0,43 persen.

Tidak hanya itu, saham-saham Prajogo Pangestu yang kerap menggerakkan IHSG juga jeblok, seperti BREN merosot 6,28 persen, TPIA minus 4,83 persen, BRPT berkurang 5,71 persen, CUAN terjun 7,78 persen, dan PTRO tergelincir 10,04 persen.

Saham-saham perbankan kakap turut melemah. Saham bank BUMN BBRI turun 1,62 persen, BBNI memerah 0,80 persen, dan BMRI 0,23 persen. Saham bank swasta terbesar milik Grup Djarum BBCA merosot 1,27 persen.

Pengamat pasar modal, Michael Yeoh, menilai tekanan di pasar saham bukan sekadar fenomena harian.

"Bukan cuma pagi ini, hampir setiap hari akan ada penurunan di pasar, melihat outflow yang begitu masif. Ini sudah berlangsung selama tiga bulan. Jadi kita tidak bisa menjustifikasi pergerakan setiap hari yang turun dengan mencari trigger,” ujar Michael saat dihubungi IDXChannel.com, Senin (24/3/2025).

Menurutnya, faktor utama yang memengaruhi pergerakan pasar saat ini adalah kepercayaan investor asing terhadap kondisi ekonomi. "Ini adalah proses, yang terjadi bukan hanya 1-3 hari," katanya.

Michael menyarankan investor untuk tetap bersikap menunggu dan menyimak pergerakan pasar (wait and see) serta memperbanyak kepemilikan kas.

“Setiap krisis selalu ada rebound—yang saat ini belum terlihat karena masih dalam proses,” demikian mengutip Michael.

Sementara, bursa saham Asia bergerak beragam pada Senin (24/3/2025) pagi, seiring mendekatnya tenggat waktu 2 April yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menerapkan tarif timbal balik, yang membebani sentimen pasar.

Meski mendekati tenggat penetapan tarif timbal balik, Trump mengisyaratkan pada Jumat lalu bahwa rencana tersebut masih bisa diberi kelonggaran.

Laporan akhir pekan lalu juga menyebutkan bahwa cakupan tarif mungkin lebih sempit dari perkiraan, sehingga beberapa industri berpotensi lolos dari kebijakan ini. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE