Saham Ritel Kompak Anjlok, MAPA hingga ACES Babak Belur
Saham emiten peritel mengalami tekanan jual yang signifikan hingga penutupan sesi I, Jumat (26/4/2024).
IDXChannel – Saham emiten peritel mengalami tekanan jual yang signifikan hingga penutupan sesi I, Jumat (26/4/2024).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham Grup MAP PT Map Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) jatuh 9,63 persen ke level Rp845 per saham. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp41,47 miliar dan volume perdagangan 48,27 juta saham.
Praktis, saham MAPA sudah memerah selama 3 hari beruntun.
Dalam sepekan, saham MAPA amblas 9,63 persen dan dalam sebulan turun tajam 18,75 persen.
Secara teknikal, dalam chart harian, tren penurunan jangka pendek saham MAPA terlihat sejak awal Maret lalu dan semakin terkonfirmasi dengan adanya death cross antara garis moving average (MA) 20 dan MA 50.
Penurunan hari ini juga menandai saham MAPA yang menembus ke bawah dua garis MA penting, yakni MA 150 dan MA 200, yang menjadi level support kunci saham tersebut.
Apabila bertahan di bawah MA 200, saham MAPA berpotensi menguji support selanjutnya di kisaran 795 dan 765.
Menurut indikator oscillator, saham MAPA juga terlihat tengah kehilangan momentum, dengan indikator MACD hingga ROC berada di teritorial negatif.
Saham PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) juga merosot tajam 6,67 persen ke Rp910 per saham.
Sejatinya, saham ACES sempat dalam uptrend yang kuat sebelum siang ini turun ke bawah MA 20. Secara teknikal, apabila bertahan di harga saat ini, saham ACES berpeluang menguji support terdekat di 870 yang merupakan MA 50.
Namun memang, momentum penguatan ACES mulai surut, ditandai oleh indikator ROC yang berada di wilayah negatif serta MACD yang mengalami death cross.
Induk MAPA PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) juga terkapar, terdepresiasi 5,81 persen. Mirip dengan MAPA, saham MAPI berada dalam downtrend jangka pendek sejak awal Maret lalu.
Demikian pula, saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) yang merosot 3,02 persen, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) terkoreksi 1,37 persen, dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) turun 0,43 persen.
Founder Master Mind Trader Hendri Setiadi menjelaskan, secara umum pasar saham berpeluang memerah.
“In general, market IDX all sector ada potensi terkoreksi,” katanya saat dihubungi IDXChannel, Jumat (26/4).
Sementara, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta berpendapat, Jumat (26/4), investor saat ini tengah wait and see “berkaitan dengan dinamika The Fed, konflik Timur Tengah.”
Di sisi lain, riset dari BRI Danareksa Sekuritas, terbit pada 22 April 2024, menilai, sektor ritel memiliki prospek pertumbuhan yang menarik dan return on equity (ROE) yang solid di 2024.
“Kami mencatat lebih banyak lalu lintas pejalan kaki ke area ritel/perbelanjaan menjelang akhir Maret 2024, kemungkinan besar didukung oleh pencairan tunjangan hari raya [THR],” jelas BRI Danareksa.
Selain itu, masih mengutip riset BRI Danareksa, promosi dari beberapa merek besar juga seharusnya berdampak pada peningkatan penjualan tahunan (YoY) di kuartal I-2024.
Meski mempertahankan rating overweight untuk sektor ritel, BRI Danareksa menggarisbawahi soal pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi risiko utama bagi prospek penjualan di kuartal II-2024 ke depan.
BRI Danareksa menjelaskan, pergeseran narasi perekonomian global ke arah era suku bunga (bank sentral AS The Fed) yang lebih tinggi untuk jangka panjang telah menyebabkan tekanan lebih lanjut terhadap rupiah.
“Meskipun secara historis para perusahaan ritel telah menanggung biaya persediaan impor [imported inventory] yang lebih tinggi, kami melihat risiko dari pelemahan tupiah yang disebabkan oleh inflasi yang lebih tinggi dan tekanan pada daya beli,” imbuh BRI Danareksa.
Namun, BRI Danareksa masih memperkirakan pemulihan pada semester II-2024, sejalan dengan pola musiman penjualan ritel yang lebih kuat di kuartal IV-2024. Analis BRI Danareksa menjagokan secara berurutan ACES, MAPA, dan MAPI. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.