Salim Ivomas (SIMP) Kantongi Laba Bersih Rp984 Miliar
PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan entitas anaknya melaporkan kinerja keuangan konsolidasian yang telah diaudit sepanjang 2021.
IDXChannel - Raksasa produsen minyak goreng, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan entitas anaknya melaporkan kinerja keuangan konsolidasian yang telah diaudit sepanjang 2021 dengan sejumlah pencapaian.
Per 31 Desember 2021, perseroan mencatat produksi Tandan Buah Segar (TBS) inti turun 8% yoy menjadi 2,76 juta ton, yang disebabkan adanya kondisi cuaca yang tidak mendukung serta kegiatan peremajaan tanaman kelapa sawit.
Seiring dengan penurunan produksi TBS inti dan eksternal, total produksi CPO turun 7% yoy menjadi 687 ribu ton. Sementara itu, volume penjualan CPO juga lebih rendah 7% yoy menjadi 698 ribu ton sedangkan volume penjualan produk PK merosot 11% yoy menjadi 162 ribu ton.
Namun, perseroan tetap mampu membukukan kenaikan penjualan sebesar 36% yoy menjadi Rp19,66 triliun pada 2021, didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata (ASP) produk sawit dan produk Minyak & Lemak Nabati (EOF) serta kenaikan volume penjualan produk EOF.
Perseroan melaporkan harga jual rata-rata CPO dan PK masing-masing meningkat 35% yoy dan 64% yoy.
Dari perhitungan tersebut, SIMP membukukan laba kotor mencapai Rp5,15 triliun, atau meningkat 71% yoy, laba usaha Rp2,91 triliun atau naik 64% yoy, dan EBITDA Rp4,47 triliun atau bertambah 42% yoy.
Adapun laba bersih perseroan menjadi Rp984 miliar, naik 320% yoy. Peningkatan ini disebabkan oleh naiknya laba usaha dan penurunan beban keuangan yang sebagian diimbangi oleh kenaikan beban pajak penghasilan.
Rasio pengungkit neto (net gearing) grup SIMP pada 31 Desember 2021 turun menjadi 0,35x dibandingkan 0,50x pada 31 Desember 2020.
“Tahun 2021 kembali menjadi tahun yang menantang bagi industri agribisnis terutama seiring kondisi cuaca yang tidak mendukung serta berlanjutnya dampak pandemi," Direktur Utama Grup SIMP, Mark Wakeford, dalam siaran resminya di Keterbukaan Informasi, Bursa Efek Indonesia, dikutip Kamis (3/3/2022).
Mark menuturkan bahwa kenaikan harga komoditas di tingkat global disebabkan karena lonjakan permintaan, serta masalah produksi yang rendah akibat dampak cuaca.
"Produksi TBS inti kami turun pada tahun 2021 karena kondisi cuaca yang tidak mendukung dan kegiatan peremajaan tanaman sawit. Kegiatan peremajaan kelapa sawit berlanjut di mana kami melakukan penanaman kembali pada sebagian lahan yang berusia tua dengan benih bibit yang memiliki potensi hasil panen tinggi," lanjut Mark.
Divisi Minyak & Lemak Nabati (EOF) perseroan mencatat kenaikan volume penjualan dan peningkatan harga jual rata-rata produk sawit dan EOF menjadi berkah bagi kinerja keuangan perseroan.
"Kenaikan volume penjualan EOF dari Divisi EOF serta upaya-upaya kami dalam pengendalian biaya dan efisiensi," terang Mark.
Mark menambahkan bahwa volatilitas harga komoditas nabati di pasaran membuat perseroan akan memprioritaskan belanja modal yang memiliki potensi tumbuh, seperti kegiatan peremajaan tanaman kelapa sawit dan infrastruktur.
"Kami juga berfokus pada peningkatan pengendalian biaya dan efisiensi, menciptakan inovasi untuk peningkatan produktivitas perkebunan, berfokus pada praktik-praktik agrikultur yang baik secara berkelanjutan serta mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan karyawan selama masa pandemi," pungkasnya.
(NDA)