Sederet Sentimen Penggerak Pasar Pekan Ini, Positif atau Negatif?
Simak sederet sentimen penggerak pasar pekan ini.
IDXChannel - Sejumlah data ekonomi makro, termasuk pengumuman suku bunga The Fed hingga laporan keuangan emiten Amerika Serikat (AS) akan menjadi perhatian investor pekan ini.
Wall Street melemah pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 1,63 persen, S&P 500 merosot 1,54 persen, dan Nasdaq terpental 1,63 persen.
"Investor akan mencermati rilis laporan keuangan minggu ini, di mana Citigroup, Goldman Sachs, JPMorgan Chase akan merilis laporan keuangan pada Rabu ini. Lalu Morgan Stanley dan Bank of America di Kamis," tulis riset Panin Sekuritas, Senin (13/1/2025).
Menurut riset tersebut, investor melihat bahwa The Fed akan menahan suku bunga pada pertemuan Januari 2025 dengan probabilita yang mencapai 97 persen dan kemungkinan juga suku bunga tidak akan dinaikkan pada Maret 2025 dengan probabilita 75 persen.
"Rilis data yang positif menjadi alasan The Fed tidak akan memangkas suku bunga, setelah penambahan tenaga kerja atau non-farm payrolls di atas ekspektasi, naik 256 ribu (estimasi: 155 ribu)," ujarnya.
Gubernur The Fed, Michelle Bowman sebelumnya menginformasikan, pemangkasan suku bunga Desember 2024 adalah yang terakhir karena adanya upside risk terhadap inflasi.
Selain itu, dari Pasar Eropa Jumat kemarin ditutup melemah. DAX turun 0,50 persen, FTSE terpangkas 0,86 persen, dan Stoxx 600 turun 0,84 persen.
"Investor masih akan mencermati meningkatnya risiko ekonomi serta inflasi yang masih tinggi di Eropa, setelah yield obligasi di Eropa menyentuh level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir dan obligasi Jerman menyentuh level tertinggi sejak Juli 2024," katanya.
"Patut dicermati juga bahwa obligasi 30 tahun di Inggris menyentuh level tertinggi dalam 1990 yang merupakan level tertinggi sejak krisis 2008," berdasarkan riset tersebut.
Sementara itu dari Asia, pagi ini, Bursa Jepang anjlok 1,04 persen, Hong Kong turun 0,92 persen, Shanghai jeblok 1,33 persen, dan Singapura flat atau stagnan.
"Pasar Asia pagi ini dibuka melemah. Investor masih akan mencermati pergerakan yield obligasi, setelah pemerintah melakukan pelarangan pembelian obligasi dan merespons hal ini yield obligasi China menyentuh level terendah dalam satu bulan terakhir," tuturnya.
Patut dicermati juga bahwa Yuan mencatatkan level 16 bulan terendah terhadap USD dan CSI 300 juga turun ke level terendah sejak September 2024. Kondisi ini menunjukkan meningkatnya tekanan terhadap perekonomian China akibat kebijakan tarif dari AS.
"Investor juga masih akan mencermati pergerakan harga minyak setelah Presiden AS, Joe Biden menyatakan akan memberi sanksi untuk Rusia, yang akan menargetkan producers, tankers, intermediaries, traders, dan ports," ujarnya.
Di sisi lain, harga minyak Brent melonjak 3,69 persen, batu bara anjlok 1,94 persen, yield obligasi AS naik 7,0 bps ke level 4,759.
Harga CPO Rotterdam melorot 5,38 persen, terbebani oleh kekhawatiran yang berkelanjutan mengenai lemahnya permintaan keseluruhan pada kuartal I-2025, karena minyak pesaing mempertahankan keunggulan harga dibandingkan minyak sawit.
"Beberapa trader bersikap hati-hati menjelang data impor dari India, konsumen minyak sawit terbesar di dunia, yang akan dirilis minggu depan. Mereka juga menantikan data perdagangan Desember dari China, yang dijadwalkan diumumkan akhir pekan ini," menurut riset Panin Sekuritas.
Sedangkan untuk IHSG, Panin Sekuritas memperkirakan melemah pada perdagangan hari ini, Senin (13/1).
"Pelemahan didorong oleh tren meningkatnya yield obligasi di global yang mengindikasikan arah kebijakan moneter yang ketat, inflasi yang masih tinggi dan akan memberi tekanan untuk Rupiah, serta masih derasnya outflow dana asing," ujarnya.
(Fiki Ariyanti)