MARKET NEWS

Segera Beroperasi, Smelter Aluminium Bakal Jadi Penopang Kinerja ADMR

Desi Angriani 15/11/2025 20:35 WIB

Proyek ini kini memasuki tahap akhir konstruksi dan ditargetkan mulai beroperasi secara bertahap pada akhir 2025.

Segera Beroperasi, Smelter Aluminium Bakal Jadi Penopang Kinerja ADMR (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) bersiap memasuki fase penting ekspansi bisnis melalui pengoperasian smelter aluminium pertama milik grup, yang dikembangkan oleh anak usahanya, PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI), di Kawasan Industri Kalimantan Utara. 

Berdasarkan riset Phintraco Sekuritas dikutip Sabtu (15/11/2025), proyek ini kini memasuki tahap akhir konstruksi dan ditargetkan mulai beroperasi secara bertahap pada akhir 2025.

Pada fase awal, smelter ini akan memproduksi 500 Ribu ton aluminium ingot per tahun. Kapasitas tersebut akan ditingkatkan secara signifikan menjadi 1,5 juta ton per tahun pada 2027, sejalan dengan rencana pengembangan berkelanjutan perusahaan. 

Kehadiran fasilitas ini akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pendapatan ADMR dari segmen pemrosesan mineral. Pengoperasian smelter juga sejalan dengan agenda hilirisasi pemerintah. 

Saat ini, kebutuhan aluminium dalam negeri diperkirakan mencapai 1 juta ton per tahun, yang sebagian besar masih dipenuhi melalui impor. Masuknya suplai dari KAI akan membantu mengurangi ketergantungan tersebut sekaligus memperkuat rantai pasok industri energi baru terbarukan, kendaraan listrik, hingga jaringan kelistrikan.

Kinerja keuangan tertekan penurunan harga batu bara metalurgi

Meski prospek jangka menengah membaik, performa keuangan ADMR pada paruh pertama 2025 masih tertekan. Penurunan harga batu bara metalurgi membuat pendapatan perusahaan merosot 26,87 persen YoY menjadi USD443 juta pada semester I-2025. 

Penurunan pendapatan tersebut tidak diimbangi dengan penurunan biaya yang memadai, di mana cost of revenue hanya turun 4,81 persen secara tahunan (YoY) sehingga margin laba kotor turun dari 54,36 persen menjadi 40,59 persen.

Sebagai dampaknya, laba bersih ADMR susut 43,05 persen YoY pada periode tersebut, dengan net profit margin turun tipis menjadi 39,01 persen dari sebelumnya 40,83 persen.

Sinyal pemulihan mulai terlihat dari stabilnya produksi dan harga batu bara metalurgi. Sepanjang 2024, ADMR membukukan kenaikan produksi sebesar 29,75 persen YoY menjadi 6,63 juta ton, sementara volume penjualan naik 26,01 persem YoY menjadi 5,62 juta ton. 

Untuk 2025, perusahaan menargetkan produksi sebesar 5,6-6,1 juta ton, sejalan dengan stabilnya harga batu bara metalurgi di rentang USD100-USD110 per ton.

Di tengah tren penurunan batu bara, harga aluminium global justru menunjukkan penguatan. Produksi aluminium dunia pada 2024 naik menjadi 73,01 juta ton, namun harga di London Metal Exchange (LME) terus menanjak. Pada Oktober 2025, harga rata-rata aluminium mencapai USD2.584,57, bahkan sempat menyentuh USD2.798,50.

Permintaan aluminium diproyeksikan terus berkembang mencapai 75 juta ton pada 2026, didorong oleh kebutuhan industri energi terbarukan, kendaraan listrik, hingga infrastruktur kelistrikan. Momentum harga ini diperkirakan menjadi katalis positif bagi pendapatan smelter KAI begitu beroperasi.

Di tengah kenaikan biaya operasional pada 2024, biaya penambangan naik 26 persen YoY, pemrosesan 24 persen YoY, dan transportasi 16 persen YoY, ADMR masih mampu mencatat penurunan cash cost sebesar 2 persen YoY. 

Penurunan ini terutama didorong oleh penurunan biaya royalti sebesar 7 persen YoY menjadi USD146,99 juta, sejalan dengan turunnya harga batu bara metalurgi, serta penurunan harga bahan bakar sebesar 5 persen YoY.

Dengan menggunakan metode Sum-of-the-Parts (SOTP) dengan required return 6,43 persen dan terminal growth 4,23 persen, Phintraco Sekuritas memperkirakan nilai wajar ADMR berada di Rp1.490 per saham. Ini mencerminkan valuasi P/E 11,32x dan P/BV 1,67x. 

Valuasi tersebut ditopang oleh beberapa faktor utama yakni dimulainya produksi smelter aluminium pada 2025, meningkatnya harga aluminium global, ekspansi fasilitas hingga 2027, serta stabilisasi harga batu bara metalurgi.

(DESI ANGRIANI)

SHARE