Semester I 2022, Sampoerna Agro Tbk (SGRO) Bukukan EBITDA Rp1,1 Triliun
Berkat menguatnya harga CPO di awal tahun 2022, harga jual rata-rata (ASP) Sampoerna Agro mencapai sekitar Rp14.800/kg sepanjang periode 1H22.
IDXChannel - PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) berhasil membukukan EBITDA yang kokoh sebesar Rp1,1 triliun di semester I 2022.
CEO Sampoerna Agro, Budi Halim, mengatakan capaian positif ini dipengaruhi menguatnya harga CPO yang mencapai harga tertinggi sepanjang masa pada periode Kuartal I 2022 dan dampak dari pulihnya produksi tandan buah segar (TBS) tahun ini.
"Kondisi cuaca yang menguntungkan juga telah membuat perusahaan mempertahankan profitabilitasnya yang solid di paruh pertama tahun ini,'' jelas Budi saat Public Expose Live, Jumat (16/9/2022).
Dia menambahkan berkat menguatnya harga CPO di awal tahun 2022, harga jual rata-rata (ASP) Sampoerna Agro mencapai sekitar Rp14.800/kg sepanjang periode 1H22, atau meningkat 48% year on year (yoy)dibandingkan pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Sementara itu pada inti sawit (PK), yang merupakan produk penyumbang penjualan terbesar kedua, harga jual rata-ratanya sekitar Rp10.800/kg pada 1H22, atau meningkat 63% (yoy) dibandingkan dengan 1H21.
Selanjutnya, perseroan membukukan total penjualan Rp2,6 triliun pada 1H22 atau sedikit menurun 2% (yoy) dari 1H21. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari CPO yang penyumbang pendapatan terbesar.
Pendapatan dari CPO turun 6% (yoy) akibat volume penjualan CPO yang lebih rendah. Di sisi lain, PK mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 32% (yoy), ditopang penguatan harga rata-rata PK.
Penyumbang penjualan terbesar ketiga adalah kecambah perseroan dengan merek dagang DxP Sriwijaya yang berhasil menduduki pangsa pasar di posisi kedua terbesar di Indonesia. Penjualan dari DxP Sriwijaya pada 1H22 adalah sebesar Rp84 miliar, atau sekitar 3% dari total penjualan konsolidasian.
Penjualan dari DxP Sriwijaya tahun ini semakin cemerlang dari tahun sebelumnya karena mengalami kenaikan 15% (yoy) jika dibandingkan 1H21. Hal ini ditopang oleh peningkatan volume penjualan sebesar 17% (yoy) menjadi 10 juta butir kecambah.
Budi Halim melanjutkan kondisi cuaca yang mendukung telah meningkatkan kegiatan panen perseroan pada kuartal kedua tahun 2022, sehingga menghasilkan produksi TBS yang lebih baik.
Total produksi TBS, termasuk pembelian dari pihak eksternal pada Kuartal II 2022 mencapai 462 ribu ton atau meningkat 42% (qoq) dibandingkan Kuartal I 2022, tetapi lebih rendah 2% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya .
''Akan tetapi, dampak dari kondisi cuaca yang kurang mendukung di Kuartal I 2022 menyebabkan total produksi TBS turun sebesar 19% (yoy) menjadi 787 ribu ton di 1H22,'' tandasnya. (NIA)