Sempat Agresif, Alfamidi (MIDI) Ungkap Alasan Tutup 300 Gerai Lawson pada 2024
PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), pengelola gerai Alfamidi melepas seluruh sahamnya di Lawson Indonesia.
IDXChannel - PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), pengelola gerai Alfamidi melepas seluruh sahamnya di PT Lancar Wiguna Sejahtera (LWS) atau Lawson Indonesia.
MIDI menjual 70 persen saham LWS kepada perusahaan induknya, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk atau Alfamart (AMRT) dengan nilai transaksi sekitar Rp200 miliar.
Penjualan dilakukan karena performa Lawson kurang memuaskan. Padahal, perseroan melakukan strategi yang cukup agresif sepanjang 2022-2023. Namun, kontribusi LWS selaku entitas anak terhadap induk masih minim dan tak pernah menembus 10 persen.
Corporate Secretary Alfamidi, Suantopo Po mengungkapkan kontribusi Lawson terhadap MIDI tidak terlalu signifikan. Pada 2024, kontribusinya hanya 6,8 persen terhadap pendapatan neto MIDI yang mencapai Rp19,9 triliun.
"Dan menurun menjadi hanya sebesar 4,3 persen untuk tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2025," katanya lewat surat kepada BEI dikutip Sabtu (24/5/2025).
Kontribusi yang minim tersebut memaksa MIDI menutup banyak gerai Lawson. Pada 2024, MIDI menutup 300 gerai saat segmen bisnis MIDI lainnya seperti Alfamidi menambah 190 gerai dan Alfamidi Super 16 gerai. Sementara Gerai MIDI Fresh secara neto berkurang pada tahun lalu, tapi hanya 3 gerai saja.
Hingga akhir 2024, gerai Lawson yang beroperasi di Indonesia tersisa 374 gerai. Berkurangnya gerai itu setelah perseroan mengambil langkah agresif pada 2023 yang menambah 482 gerai setelah di 2022 juga menambah 192 gerai. Artinya, MIDI membuka hampir 700 gerai dalam dua tahun (2022-2023).
Menurut Suantopo, pembukaan dan penutupan gerai merupakan sesuatu yang lazim dalam bisnis ritel. Dia menjelaskan, penutupan gerai disebabkan beragam faktor tergantung kondisi tiap gerai masing-masing.
Mulai dari pemilik tanah atau bangunan tidak tertarik memperpanjang sewa lokasi gerai hingga perubahan potensi atau lingkungan sekitar gerai sehingga kinerja keuangan gerai tidak lagi layak secara bisnis untuk dilanjutkan operasionalnya.
Suantopo menjelaskan, divestasi Lawson dilakukan sebagai bagian dari strategi MIDI untuk fokus pada portofolio bisnisnya mengingat karakter Lawson sedikit berbeda dengan Alfamidi. Lawson menyediakan produk siap saji sementara Alfamidi fokus pada perdagangan eceran.
Dana hasil penjualan Lawson, kata dia, juga akan digunakan untuk mendukung belanja modal pada 2025 yang dialokasikan sebesar Rp1,5 triliun. Dana ini digunakan untuk membuka gerai dan gudang baru, merenovasi gerai dan gudang, dan memperpanjang sewa gerai yang sudah ada.
Pada tahun ini, MIDI menargetkan pembukaan gerai baru secara neto sebanyak 200 gerai dan hingga akhir Maret 2025 sudah terealisasi 34 gerai.
Selain itu, perseroan juga belum tertarik menggandeng ritel global atau lokal dalam waktu dekat. MIDI akan fokus mengelola portofolio bisnis yang sudah ada.
(Rahmat Fiansyah)