Simak Valuasi dan Prospek Kinerja Asuransi Tugu Pratama (TUGU)
Di tengah perkembangan industri asuransi di Indonesia yang masih underdeveloped, bagaimana proyeksi kinerja PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU)?
IDXChannel - PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU), anak usaha Grup Pertamina dengan porsi kepemilikan sebesar 58,5%. Di tengah perkembangan industri asuransi di Indonesia yang masih underdeveloped, bagaimana proyeksi kinerja TUGU?
Associate Strategy, Banks, Fixed Income Panin Sekuritas, Sarkia Adelia Lukman mengungkapkan, perkembangan industri asuransi di Indonesia tergolong masih underdeveloped. Hal ini ditandai dengan penetrasi asuransi di Indonesia yang berada di angka 2,7%.
Rendahnya penetrasi ini disebabkan oleh masih minimnya literasi dan pemahaman pentingnya asuransi bagi kehidupan di lingkungan masyarakat. Namun ke depan, OJK menargetkan bahwa tingkat penetrasi dapat di atas 3% di 2027.
"Performa asuransi umum masih dibayangi hardening market. Segmen asuransi umum mencatatkan premi bruto sebesar Rp103,8 triliun (tumbuh 15,3% YoY) di 2023. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih kuat," jelas Sarkia dalam risetnya, Rabu (10/4/2024).
Di 2024, diakuinya, OJK memproyeksikan pertumbuhan premi asuransi umum dan reasuransi tumbuh sekitar 3,5% YoY di 2024 yang disebabkan oleh kondisi hardening market atau kondisi terjadinya kenaikan tarif premi dan ketatnya persyaratan dalam polis asuransi.
Selain itu, pemberlakuan PSAK 74, dan regulasi tentang permodalan.
Sarkia menerangkan, Asuransi Tugu Pratama Indonesia adalah market leader pada sektor aviasi. Perseroan menjalankan bisnisnya pada empat segmen usaha utama, yaitu segmen asuransi umum 44%, segmen reasuransi 37%, segmen sewa dan bisnis terkait 10%, dan segmen lain-lain berupa jasa konsultasi 9%.
Perseroan memiliki pangsa pasar terbesar pada sektor transportasi udara di Indonesia, yakni ~60%, di mana 2 perusahaan maskapai terbesar di Indonesia, yakni PT Lion Group dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menjadi nasabah perseroan.
Perseroan menjadi satu-satunya perusahaan asuransi di Indonesia yang berhasil memiliki Global Financial Strength Rating A- (Excellent) Dari A.M. Best selama 7 tahun berturut-turut.
"Beberapa faktor positif perseroan yang dapat dicermati, yaitu pertumbuhan premi di atas peers, leader pada segmen O&G serta aviasi, memiliki aset yang besar dan support yang kuat dari perusahaan induk, ekspansi digital, memiliki neraca yang sehat, serta memiliki modal yang kuat dengan RBC jauh diatas batas minimum OJK," paparnya.
Sarkia menambahkan, pendapatan premi terbesar perseroan masih berasal dari produk yang sifatnya korporasi dengan kontribusi ~93% di 2023 (2018: 94,2%) sejalan dengan model bisnis perseroan yang berawal dari perlindungan risiko asuransi pada aset Pertamina Group.
"Kami melihat potensi perseroan pada segmen ritel masih sangat luas, pasalnya kontribusi produk ritel relatif minim sebesar ~7%, sehingga ruang pertumbuhan sangat lebar ke depannya," ujarnya.
Selain itu, produk ritel memiliki kolektibilitas premi yang rendah dibandingkan produk korporasi.
TUGU mencatatkan kinerja yang positif di sepanjang 2023 dengan mencatatkan pendapatan premi bruto yang tumbuh ke Rp7,7 triliun (tumbuh 15% YoY) dengan pertumbuhan tertinggi pada segmen rekayasa dan rangka kapal seiring seiring mitigasi risiko cuaca dan tensi geopolitik di laut Merah.
Selain itu, pendapatan investasi tumbuh signifikan sebesar 66% YoY. Patut diketahui bahwa terdapat one-off kasus litigasi Citibank sebesar USD74 juta di tahun lalu, sehingga mendorong bottom line melejit 280% YoY menjadi Rp1,3 triliun.
Sarkia berpendapat, prospek perseroan stabil, valuasi relatif atraktif.
"Kami masih melihat outlook neutral untuk industri insurance, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan ruang pertumbuhan asuransi yang luas, antisipasi risiko climate change, di mana Indonesia merupakan wilayah ring of fire, serta potensi akselerasi digital," tuturnya.
"Meski begitu, perlu dicermati downside risk dari rekomendasi kami kondisi ekonomi global, potensi kenaikan biaya klaim, serta persyaratan regulasi yang lebih ketat di masa mendatang. Secara valuasi perseroan diperdagangkan at discount dengan peers dengan PB di 0,5x (peers: PB: 0,9x)," pungkas Sarkia.
(FAY)