Sinyal Bullish Berlanjut, Harga CPO Tembus MYR4 Ribu per Ton
Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) berjangka (futures) Malaysia menguat 1,86 persen di level MYR4.034 per ton pada perdagangan Rabu (29/5/2024).
IDXChannel - Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) berjangka (futures) Malaysia menguat 1,86 persen di level MYR4.034 per ton pada perdagangan Rabu (29/5/2024).
Pada Kamis pagi (30/5), harga CPO turun tipis 0,3 persen di level MYR4.022 per ton.
Sebelumnya, harga CPO ditutup menguat 2,23 persen di level MYR3.951 per ton pada perdagangan Selasa (28/5. Ini menjadi kenaikan terkuat dalam dua minggu terakhir dan sinyal bullish pasar minyak sawit.
Harga CPO sempat ambles ke level MYR3.861 per ton pada Selasa (15/5/2024).
Melansir Trading Economics, secara historis, harga CPO sempat mencapai angka tertinggi sepanjang masa yaitu MYR7.268 per ton pada Maret 2022. (Lihat grafik di bawah ini.)
Minyak sawit berjangka Malaysia terus mengalami penguatan di tengah menguatnya kontrak minyak kedelai saingannya di bursa Dalian dan Chicago.
Selain itu, tanda-tanda peningkatan ekspor semakin meningkat, di tengah laporan rendahnya tingkat persediaan di China. Diketahui negara ini merupakan pembeli utama CPO sehingga permintaah China menjadi salah satu indikator penting.
Berdasarkan data surveyor kargo, Intertek Testing Services dan AmSpec Agri mencatat ekspor minyak sawit Malaysia pada 1-25 Mei naik antara 2,4 dan 3,1 persen dari periode yang sama di bulan April.
Beralih ke Indonesia, produsen CPO terbesar di dunia ini melakukan pengiriman produk minyak sawit pada Maret mencapai 2,56 juta ton, lebih tinggi dari 2,17 juta ton pada Februari.
Selanjutnya, harga minyak mentah melanjutkan kenaikannya, dengan meningkatnya spekulasi bahwa OPEC+ akan memperpanjang penurunan produksi secara sukarela hingga sisa tahun ini dalam pertemuannya pada 2 Juni mendatang.
Ciptadana Sekuritas memperkirakan harga CPO global pada 2024 akan tetap pada rata-rata MYR4.500/ton, meningkat 15% dibandingkan harga 2023 sebesar MYR3.900/ton, namun lebih rendah dari harga rata-rata pada 2022.
“Risiko yang kami ambil dalam meliputi cuaca ekstrem pada tahun 2023/24, pemulihan produksi yang lebih tinggi dari perkiraan dan perubahan peraturan minyak sawit,”tulis laporan Ciptadana dikutip Kamis (30/5).
Di samping itu, penguatan ringgit mengurangi daya tarik bullish harga CPO, seiring dengan kewaspadaan menjelang data PMI China Mei akhir pekan ini.
Melansir Reuters (6/3), pertumbuhan produksi minyak sawit tahunan pada 2023/2024 diperkirakan menjadi yang terkecil dalam empat tahun terakhir, yaitu sekitar 0,2-0,3 juta metrik ton. Harga minyak sawit diperkirakan pada kisaran harga MYR3.800-4.300 per ton dalam tiga bulan ke depan.
Minyak kelapa sawit, yang menyumbang lebih dari setengah dari sekitar 90 juta metrik ton minyak nabati yang dikirim ke seluruh dunia. CPO digunakan dalam berbagai produk mulai dari coklat, pizza hingga kosmetik dan sebagai biofuel. (ADF)