SMDR Mau Pecah Saham, Begini Nasib Saham Stock Split Sebelumnya
Emiten perkapalan PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) berencana melakukan aksi stock split (pemecahan nilai nominal saham) dengan rasio 1:10.
IDXChannel – Emiten perkapalan PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) berencana melakukan aksi stock split (pemecahan nilai nominal saham) dengan rasio 1:10. Apakah kinerja saham SMDR akan lebih baik pasca-pecah saham?
Di bawah ini, Tim Riset IDX Channel akan membahas secara ringkas kinerja 10 saham emiten yang melakukan aksi stock split. Ini hanya untuk melihat gambaran apresiasi investor terhadap saham stock split akhir-akhir ini.
Menurut penjelasan manajemen SMDR dalam tanggapan terhadap Bursa Efek Indonesia (BEI), pertimbangan manajemen dalam melakukan aksi pecah saham tersebut, yakni untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham dan menjadikan harga saham menjadi lebih terjangkau bagi para investor ritel.
Hal tersebut, kata manajemen, terbukti pada aksi korporasi pemecahan saham Perseroan yang pernah dilakukan di tahun 2017 dengan rasio 1:20.
“Volume perdagangan harian saham Perseroan meningkat dari rata-rata 2 juta transaksi saham per hari menjadi 6 juta transaksi saham per hari. Harga saham Perseroan naik 26% per akhir tahun 2017 sejak pemecahan saham yang efektif pada bulan Agustus 2017,” jelas manajemen SMDR, dikutip IDXChannel, Selasa (7/6/2022).
Selain untuk meningkatkan likuiditas perdagangan, aksi stock split SMDR dilakukan seiring harga saham perseroan di pasar sekunder telah melesat signifikan 674% ke Rp3.810/saham dalam setahun per 3 Juni 2022.
“Dengan rasio pemecahan saham 1:10, harga pasar saham Perseroan akan menjadi sekitar Rp381, harga tersebut relatif setara dengan harga di tahun 2017 pasca stock split,” imbuh manajemen.
Apabila menggunakan harga penutupan Selasa (7/6), harga saham SMDR telah meroket 680% selama setahun belakangan. Sementara, setelah stocksplit, harga SMDR akan menjadi Rp384/saham mengacu pada harga penutupan hari ini.
Lalu, bagaimana dengan harga 10 saham emiten terakhir yang melakukan stock split?
Mari menilik data di bawah ini.
Apabila menyimak data di atas, dari 10 saham stock split, 5 saham berhasil menguat dan 5 sisanya melorot sejak stock split hingga penutupan hari ini, Selasa (7/6).
Saham barang konsumen GOOD menjadi jawara, dengan kenaikan 35,57% sejak stock split dengan rasio 1:5 pada 9 Juli 2021.
GOOD sendiri mencatatkan kinerja keuangan positif sepanjang 2021. Perseroan sukses mencetak laba bersih sebesar Rp424,82 miliar.
Selain itu, perseroan juga mencatatkan peningkatan pendapatan meningkat 14% menjadi Rp8,79 triliun.
Kemudian, saham emiten migas AKRA berhasil melompat 31,55% sejak stock split pada 12 Februari lalu. Saham AKRA saat ini sedang dalam tren menaik (uptrend), kendati sempat melorot ke Rp695/saham pada 15 Februari lalu.
Investor tampaknya optimistis menilik kinerja fundamental AKRA.
AKRA dan entitas anaknya sukses membukukan laba bersih sebesar Rp427,97 miliar pada kuartal pertama tahun 2022. Capaian tersebut naik 40,27 persen dibandingkan periode sama tahun 2021.
Emiten distributor produk minyak bumi ini mengantongi pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar Rp10,07 triliun, tumbuh 99,23 persen dari pendapatan triwulan tahun lalu. Adapun pendapatan sewa perseroan mencapai Rp62,72 miliar, naik dari Rp56,16 miliar.
Namun, ada juga deretan saham yang malah ambles usai menggelar stock split. Saham DIVA anjlok 60,38% sejak pecah-saham. Sementara, saham Grup Emtek SCMA sudah merosot 52,70% sejak stock split pada 29 Oktober tahun lalu.
Untuk kasus SCMA, kinerja bottom line alias laba bersih perusahaan sedang tertekan. Laba bersih SCMA kuartal I/2022 mencapai Rp284,84 miliar, turun 14,08% dibandingkan kuartal I/2021 senilai Rp331,53 miliar.
Gambaran singkat di atas setidaknya mengindikasikan investor memiliki beragam pertimbangan, termasuk soal fundamental dan prospek ke depan, dalam melihat saham emiten yang melakukan stock split. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.