SoftBank Makin Loyo Pasca Merugi Rp472,5 triliun, Nasib Investasi Startup Kian Suram
Raksasa investasi asal Jepang, SoftBank, mencatat rekor kerugian terbaru pada laporan keuangan 2022, pada Kamis (11/5/2023).
IDXChannel - Raksasa investasi asal Jepang, SoftBank, mencatat rekor kerugian terbaru pada laporan keuangan 2022, pada Kamis (11/5/2023).
Kerugian ini disumbang oleh unit bisnisnya, Vision Fund dengan membukukan kerugian 4,3 triliun yen Jepang atau setara USD32 miliar untuk tahun fiskal yang berakhir 31 Maret 2023. Jika dirupiahkan, angka ini setara Rp472,5 triliun (Kurs Rp 14.766 terhadap USD). (Lihat tabel di bawah ini.)
Rekor ini juga mencatat kerugian 2,55 triliun yen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
SoftBank membukukan kerugian keseluruhan atas investasi di Vision Funds sebesar 5,28 triliun yen Jepang dibandingkan 3,43 triliun yen setahun sebelumnya.
Meskipun reli saham teknologi tahun ini terpantau makin menggeliat. Terlihat dari performa indeks Nasdaq 100 yang merupakan kumpulan saham teknologi secara year to date naik 23,26%.
Secara keseluruhan, SoftBank membukukan kerugian bersih 970,14 miliar yen untuk tahun fiskal 2023, lebih kecil dari kerugian 1,7 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Saham SoftBank Group Corp anjlok 5% pada awal perdagangan pada hari Jumat setelah investor teknologi Jepang melaporkan kerugian tahunan karena nilai portofolionya turun.
Nasib Startup Kian Suram
Anak usaha SoftBank itu berfokus memberikan pendanaan kepada startup.Salah satu portofolio yang dimiliki Vision Fund di Tanah Air adalah Grab dan Tokopedia (GoTo).
Meskipun mendapat keuntungan dari keluarnya investasi di perusahaan-perusahaan terkenal seperti perusahaan ride-hailing Uber, SoftBank mengatakan bahwa mereka mencatat kerugian di berbagai bidang.
Termasuk harga saham perusahaan kecerdasan buatan China SenseTime dan perusahaan ride-hailing dan e-commerce Indonesia GoTo.
Di antara kerugian tersebut, Vision Fund 1 membuat kerugian yang belum direalisasi masing-masing sebesar USD1,6 miliar di SenseTime Group dan GoTo dan hampir USD800 juta di DoorDash.
Kerugian SoftBank ini juga didukung setelah penjualan sahamnya di raksasa e-commerce China Alibaba (BABA) Group Holding Ltd membantu meredam kerugian investasi di unit Vision Fund.
Nilai wajar portofolio SoftBank juga diturunkan sebesar USD2,3 miliar menjadi USD138 miliar.
"Untuk perusahaan portofolio swasta, nilai wajar menurun dalam berbagai investasi, terutama mencerminkan penurunan harga perusahaan berkinerja lemah dan penurunan harga saham di antara perusahaan pasar yang sebanding," kata SoftBank Group dalam laporan pendapatan Kamis (11/5/2023).
Kepala keuangan SoftBank Yoshimitsu Goto mengatakan awal tahun ini bahwa perusahaan telah memasuki "mode pertahanan" dan sedang mempersiapkan tiga skenario berbeda.
SoftBank mengantisipasi bahwa pasar dapat mulai menunjukkan pemulihan secara linier tahun ini, atau pada paruh kedua tahun ini, atau dalam skenario terburuk tersandung hingga awal 2024.
Masa-masa penuh gejolak di SoftBank Vision Fund berarti masa-masa sulit bagi banyak portofolio startupnya di mana banyak di antaranya merugi.
Adalah logis bahwa SoftBank sekarang akan jauh lebih selektif dan bijaksana dalam berinvestasi di masa depan.
Perusahaan menutup 25 kesepakatan startup dalam 12 bulan terakhir, dan melakukan investasi sekitar USD400 juta pada kuartal yang berakhir Maret tahun ini. Namun ini lebih rendah bandingkan pada masa kejayaannya pada 2018.
SoftBank dulunya aktif melakukan investasi lebih dari 40 kesepakatan dengan total investasi mencapai miliaran dolar, terkadang bahkan untuk satu startup seperti WeWork dan Grab.
Ini menjadi sinyal yang makin mengkhawatirkan bagi industri startup di tengah ketidakpastian global dan guncangan ekonomi, khususnya negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang. (ADF)