Starlink Ciptakan Disrupsi, Simak Analisa Saham TLKM, ISAT, dan EXCL
Kehadiran Starlink dinilai menciptakan disrupsi bagi industri telekomunikasi nasional.
IDXChannel - Kehadiran Starlink dinilai menciptakan disrupsi bagi industri telekomunikasi nasional. Perusahaan internet berbasis satelit milik Elon Musk itu memengaruhi kondisi fundamental perusahaan di industri tersebut.
Dalam riset Samuel Sekuritas yang ditulis Daniel Widjaja dan Brandhon Boedhiman, Starlink berpotensi menjadi ancaman bagi pemain telko lokal seperti PT Indosat Tbk (ISAT), PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).
"Layanan ini berpotensi memperuncing kompetisi di antara pemain telko di Indonesia dalam jangka menengah dan panjang," katanya, Kamis (4/7/2024).
Dengan berbasis satelit, Starlink yang beroperasi sejak 24 Mei lalu dinilai lebih unggul dibandingkan perusahaan telko lokal yang memakai menara dengan investasi yang mahal.
"Starlink memiliki beberapa keunggulan, pertama tidak perlu layanan purna jual, kedua tidak ada biaya teknisi, ketiga biaya pemasaran yang sedikit, sehingga membuat Starlink jauh lebih efisien dari perusahaan telko yang biasa menghabiskan biaya operasional tinggi," katanya.
Biaya operasional (operational expenditure atau opex) tiga perusahaan telko lokal memang cukup besar. Porsi opex terhadap pendapatan TLKM misalnya mencapai 69,7 persen, ISAT 79,9 persen, dan EXCL 83,5 persen.
Selain itu, Starlink berencana memangkas biaya langganan 60 persen dalam 2-3 tahun ke depan di banyak negara. Saat ini, harga langganan Starlink di Indonesia sekitar Rp750 ribu per bulan. Jika benar diturunkan, maka harganya menjadi Rp300 ribu per bulan, lebih rendah dari harga rata-rata langganan internet di Indonesia sekitar Rp350 ribu per bulan.
Selain, itu tantangan juga datang dari rencana Starlink meluncurkan layanan direct-to-cell sehingga internet bisa digunakan di perangkat mobile. Starlink berencana meluncurkan layanan ini pada akhir 2024 atau 2025. Namun, layanan ini bakal membutuhkan kemitraan dengan operator lokal.
"Dengan jumlah pelanggan TLKM di luar Jawa yang begitu besar dan ISAT yang fokus ekspansi ke daerah dengan pangsa pasar masing-masing 36,5 persen dan 29,9 persen, mereka sepertinya akan menjadi mitra Starlink," katanya.
Dengan kehadiran Starlink tersebut, Daniel dan Brandon menurunkan rating emiten telko menjadi Neutral dari Overweight. Starlink dinilai menjadi disruptor sehingga berpotensi menciptakan perang harga.
Kendati demikian, saham-saham ISAT, TLKM, dan EXCL tetap direkomendasikan Buy karena harganya masih underperformed. Samuel Sekuritas memilih ISAT sebagai saham pilihan utama dengan target harga Rp12.500 karena agresif melakukan ekspansi di luar Jawa.
Saham ISAT memiliki potensi kenaikan harga (upside) tertinggi 19 persen. Adapun target harga TLKM Rp3.600 dengan potensi upside 16,5 persen dan EXCL Rp2.500 dengan potensi upside 14,7 persen.
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
(RFI)