Strategi ‘Cuan’ Warren Buffett dan Lo Kheng Hong Lewat Value Investing
Berinvestasi dengan strategi value investing bisa mendatangkan cuan jumbo, seperti yang telah dialami Warren Buffet hingga Lo Kheng Hong.
IDXChannel – Dalam dunia investasi, dikenal istilah value investing yang jadi andalan investor terkaya di dunia, yakni Warren Buffett. Selain Buffett, investor kenamaan Indonesia Lo Kheng Hong juga menerapkan strategi ini.
Value investing merupakan strategi dengan melihat nilai intrinsik suatu saham yang diperoleh berdasarkan analisis kinerja perusahaan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bila berinvestasi dengan strategi value investing berarti membeli saham dengan harga murah dengan harapan akan melonjak di masa depan sehingga mendatangkan keuntungan yang besar.
Dalam menentukan nilai intrinsik saham, investor perlu memahami laporan keuangan perusahaan.
Para investor juga perlu menganalisis kondisi fundamental perusahaan dengan mengamati ‘jeroan’ keuangan, strategi bisnis, kualitas manajemen, pergerakan saham, hingga prospek perusahaan ke depan.
Seperti disebut di muka, tokoh terkenal yang turut mempopulerkan strategi ini adalah Warren Buffet, yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia yang sumber kekayaannya berasal dari investasi saham.
Sementara di Indonesia, salah satu investor ternama yang turut menerapkan strategi value investing adalah Lo Kheng Hong, yang dijuluki ‘Warren Buffett Indonesia’.
Sukses Value Investing Ala Warren Buffett
Warren Buffet dikenal karena menerapkan value investing ketika mengambil alih Berkshire Hathaway (BRK) pada tahun 1964 yang pada saat itu kinerjanya sedang ambruk.
Di tahun itu, Warren Buffet membeli saham perusahaan tekstil tersebut seharga USD12,37/saham. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, saham BRK, yang kemudian menjadi kendaraan investasi Buffett, semakin bertumbuh, bahkan saat ini harganya mencapai USD428.465/saham.
Adapun Warren Buffett mengadopsi pendekatan ini dari mentornya yakni Benjamin Graham yang dikenal sebagai “Bapak value investing”.
Metode tersebut memungkinkan value investor untuk memilih perusahaan dengan kinerja baik namun sedang mengalami kesulitan keuangan, seperti yang dilakukan Warren Buffett dalam membeli saham BRK.
Salah satu strategi yang diterapkan Warren Buffett dalam value investing adalah dengan membeli saham yang memiliki nilai intrinsik lebih dari harganya.
Menurutnya, membeli perusahaan yang punya nilai tinggi dengan harga wajar lebih baik dibanding membeli perusahaan biasa dengan harga yang mahal.
Selain itu, dalam berinvestasi, value investor perlu menguasai cara menilai bisnis suatu perusahaan hingga bagaimana pasar bekerja.
Warren Buffett juga memilih dan membeli saham dari perusahaan yang tengah mengalami kesulitan finansial. Dengan demikian, harga beli saham tersebut akan lebih murah daripada yang seharusnya.
Kendati demikian, ketika perusahaan tersebut mampu melewati masa sulitnya dan mampu meningkatkan kinerjanya dengan baik, ia dapat memperoleh keuntungan dari meningkatnya valueperusahaan tersebut.
Pria yang dijuluki Oracle of Omaha tersebut juga ‘telaten’ dalam menginvestasikan dananya ke saham dalam jangka waktu yang panjang. Sebab, ia akan mendapatkan kenaikan valuedari suatu perusahaan setelah 5 bahkan hingga 20 tahun mendatang.
Kunci kesuksesan Warren Buffett dalam berinvestasi bukan hanya berinvestasi dengan strategi value investing, akan tetapi karena ia telah berinvestasi sejak dini dengan jangka waktu yang lama.
Informasi saja, Warren Buffett telah berinvestasi sejak usia 10 tahun. Hasilnya, dalam kurun 20 tahun, atau saat usianya baru menginjak 30 tahun, kekayaan Buffett mencapai USD1 juta.
Saat ini, menurut hitung-hitungan Forbes, pundi kekayaan pria yang kini berusia 92 tahun tersebut sudah mencapai USD118 miliar atau setara dengan Rp1.817 triliun (asumsi kurs Rp15.400 per USD).
Kekayaan fantastis tersebut menempatkan Buffett di posisi kelima orang paling tajir seantero bumi pada 2022 versi Forbes.
Value investor paling kaya di dunia tersebut tak berinvestasi dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka yang sangat panjang agar dapat menerima pelipatgandaan dari nilai investasinya.
'Cuan' dari Saham Undervalue Ala Lo Kheng Hong
Mengikuti jejak Warren Buffett, value investor asal Indonesia, Lo Kheng Hong (LKH) juga gemar mengoleksi saham undervalue atau saham dengan harga murah yang punya potensi untuk tumbuh.
Pria yang disapa Pak Lo tersebut kerap menyebutkan jargon ‘Mercy (Marcedez Benz) yang dijual di harga bajaj’ untuk menganalogikan saham yang harganya jauh lebih rendah dibanding valuasi wajarnya.
Alumni Universitas Nasional tersebut turut meniru gaya investasi idolanya Warren Buffett dengan menerapkan strategi value investing.
Strategi dalam membeli saham undervalue tersebut cocok bagi investor yang punya tingkat kesabaran tinggi seperti LKH hingga Warren Buffett. Ini karena, mengikuti gaya berinvestasi tersebut, keuntungan maksimal akan didapatkan setelah saham tersebut dijual beberapa tahun kemudian.
Adapun terdapat saham sejumlah emiten yang jadi kendaraan investasi LKH dengan ‘cuan’ gede yaitu PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI) dan PT Panin Financial Tbk (PNLF).
Ketika LKH membeli saham MBAI di tahun 2005, harga sahamnya hanya Rp250/saham. Sementara di tahun 2021, harga saham MBAI terbang hingga Rp31.500/saham. Dengan demikian, LKH mendapatkan cuan hingga 12.500 persen dari harga awal.
Asal tahu saja, MBAI kemudian merger dengan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) pada medio 2012.
Saham lainnya yang membawa LKH menjadi crazy rich adalah UNTR yang ketika diborong harganya hanya Rp250/saham pada tahun 1998.
“Kenapa saya membeli UNTR? Masa harga saham hanya Rp250/saham, laba usaha per sahamnya sampai Rp7.800/saham? Ini seperti Mercy dijual harga bajaj, ” kata LKH dilansir dari akun Youtube Syailendra Capital bertajuk “Kisah di balik dua investor legendaris Indonesia: Lo Kheng Hong & Jos Parengkuan”.
Selama enam tahun, LKH mempercayakan strategi value investing ketika berinvestasi di emiten ini dengan membiarkan saham tersebut terus bertumbuh seiring meningkatnya kinerja perusahaan.
Baru pada tahun 2004, ia menjual saham UNTR yang harganya sudah terbang menjadi Rp15.000/saham. Dengan demikian, ia meraup cuan hingga 5.900 persen.
“Saya survived (bertahan) dari krisis 1998 berkat UNTR,” ujar LKH.
Dalam berinvestasi, LKH selalu sabar menanti harga sahamnya naik meskipun memakan waktu bertahun-tahun. Bagi LKH, berinvestasi membutuhkan waktu untuk mendapatkan hasil terbaik.
Sementara dalam memilih saham, LKH lebih memilih saham dari perusahaan yang bidang usahanya baik. Menurtunya, investor perlu mencari industri yang dapat bertahan dalam berbagai kondisi ekonomi.
Selain itu, perlu dicermati rasio price to book value (PBV) suatu perusahaan dengan rasio yang kecil namun memiliki aset yang banyak dan utang yang kecil.
LKH juga mencermati laporan keuangan suatu perusahaan, karena dalam berinvestasi investor perlu mengetahui laba bersih, pendapatan bersih, modal, besaran utang hingga kelancaran perusahaan dalam melunasi utang tersebut.
Selain pertimbangan di atas, LKH juga melihat track record atau rekam jejak suatu perusahaan.
Menurut LKH, suatu perusahaan penting untuk memiliki pimpinan hingga direksi dengan kepribadian yang berintegritas, jujur, dan punya reputasi yang baik.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.