MARKET NEWS

Suku Bunga Diproyeksi Masih akan Naik, Bursa Asia Dibuka Mixed

Fiki Ariyanti 06/02/2023 09:06 WIB

Bursa Asia variatif pada hari Senin (6/2) setelah serangkaian data ekonomi yang optimis dari AS. Kondisi ini juga menunjukkan suku bunga harus naik lebih lama.

Suku Bunga Diproyeksi Masih akan Naik, Bursa Asia Dibuka Mixed. (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Bursa saham Asia variatif pada hari Senin (6/2) setelah serangkaian data ekonomi yang optimis dari Amerika Serikat (AS) dan secara global mengurangi risiko resesi. Kondisi ini juga menunjukkan suku bunga harus naik lebih jauh dan bertahan lebih lama.

Indeks saham Nikkei, Jepang dibuka menguat 1,1 persen didorong oleh harapan Bank of Japan (BOJ) akan menjaga kebijakan tetap longgar. Indeks Nikkei hijau ke level 27.764,69

Pun dengan Indeks Strait Times Singapura naik ke 3.391,59. Sementara Indeks Hang Seng Hong Kong dan SSEC Shanghai dibuka melemah masing-masing ke 21.349,173 dan 3.244,70. 

Merujuk data Wall Street, Indeks S&P 500 turun 0,2%, sementara Nasdaq kehilangan 0,3% karena laporan payroll Januari yang luar biasa, memaksa investor untuk mempertimbangkan risiko kenaikan lebih lanjut dari The Fed dan lebih sedikit peluang pemotongan suku bunga di akhir tahun.

Sejumlah pejabat Fed akan berbicara minggu ini, dipimpin oleh Ketua Jerome Powell pada hari Selasa, dan nadanya bisa jadi hawkish. Pembuat kebijakan dari Bank Sentral Eropa dan Bank Inggris juga akan hadir.

Bruce Kasman, kepala penelitian ekonomi di JPMorgan, mengungkapkan survei baru-baru ini tentang manufaktur secara global yang menunjukkan peningkatan di Januari.

“Data tersebut secara meyakinkan menenangkan narasi resesi jangka pendek,” tulis Kasman dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters, Senin (6/2/2023).

"Nampaknya momentum pertumbuhan yang mendasarinya tidak secara material melewati pergantian ke tahun baru, dan ekspansi AS tetap kokoh," sambungnya. 

"Kami melihat risiko suku bunga negara maju perlu naik jauh di atas perkiraan. Bahkan saat kami memperkirakan Fed akan memberi sinyal jeda pada kuartal berikutnya," terang Kasman.

Suku bunga yang lebih tinggi, dan dengan demikian imbal hasil, akan meregangkan valuasi ekuitas dan menantang prospek bullish pasar untuk aset termasuk komoditas.

Harga emas misalnya, turun 2% pada Jumat pekan lalu dan terakhir tertahan di USD1.865 per ons. Sedangkan harga minyak stabil pada hari Senin setelah kehilangan 3 persen pasca data penggajian.

Brent naik tipis 11 sen menjadi USD80,05, sementara minyak mentah AS menguat 13 sen menjadi USD73,52 per barel. 

(FAY)

SHARE