MARKET NEWS

Tahan Banting saat Resesi, Saham Farmasi Mana yang Potensial?

Melati Kristina - Riset 21/11/2022 15:08 WIB

Industri farmasi Tanah Air diperkirakan bakal tetapi tangguh meski terhantam resesi global, dengan Kalbe Farma (KLBF) dan Sido Muncul(SIDO) sebagai pilihan utam

Tahan Banting saat Resesi, Saham Farmasi Mana yang Potensial? (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Industri farmasi Tanah Air diproyeksi bakal tetap tangguh di tengah resesi global. Ini seiring keberhasilan pemain farmasi dalam menyesuaikan kenaikan biaya produksi di paruh pertama tahun ini akibat inflasi yang tak terkendali.

Melansir riset Henan Putihrai (HP) Sekuritas bertajuk “Pharmaceutical: Sourcing for Local Raw Materials Amidst Global Uncertainties” yang dirilis pada Jumat (18/11), perusahaan farmasi memilih menaikkan biaya produksi dengan meningkatkan harga masing-masing produknya.

Dalam riset tersebut turut disebutkan, dua pemain farmasi, yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), masing-masing menaikkan harga produk mereka sebesar 5 persen dan 3-8 persen sebagai dampak dari inflasi.

“SIDO dan KLBF menaikkan produk mereka meskipun kepercayaan konsumen melemah pada awal semester,” tulis riset tersebut.

Adapun kepercayaan konsumen pada Februari 2022 anjlok hingga minus 5,4 persen secara bulanan (MoM) menjadi 113,1 bps. Sedangkan pada Maret 2022 berada di 111 bps dan April 2022 kembali di 113,1 bps.

Meningkatnya inflasi turut berdampak pada biaya bahan baku dan kemasan plastik untuk produk. Sedangkan lonjakan harga plastik terjadi pada plastik High-Density Polyethylene (HDPE) yang mencapai USD1.216/metrik ton per Mei-2022. Ini menjadi yang tertinggi dalam 5 tahun belakangan.

Di samping itu, terdapat penurunan biaya bahan baku dari tahun ke tahun dari sebagian perusahaan farmasi pada kuartal III-2022, kecuali KLBF.

“Hanya KLBF yang menunjukkan tren kenaikan kontribusi dari biaya bahan baku terhadap total biaya penjualan barang dari 38 persen di kuartal I-2022 menjadi 78 persen di kuartal II-2022 karena pasokan bahan baku dari China yang berkontribusi lebih dari 60 persen untuk produk generik,” tulis riset tersebut.

Sedangkan dalam upaya merespons ketidakpastian ekonomi, seperti krisis pasokan global hingga resesi, perusahaan farmasi mengoptimalkan produksi bahan mentah domestik untuk memenuhi kebutuhan produknya.

Selain mengandalkan pasokan domestik, KLBF juga membangun pusat perdagangan di China untuk mengamankan bahan baku impornya setelah terjadi lockdown akibat Covid-19 di negara tersebut. KLBF juga memperluas segmen produknya ke produk herbal seperti Fatigon Promuno.

KLBF-SIDO Jadi Jagoan Sektor Farmasi

Selain memproyeksi sektor farmasi bakal tetap tangguh di tengah resesi, HP Sekuritas juga memilih sejumlah emiten yang jadi pilihan utama di sektor ini. Adapun emiten-emiten tersebut adalah KLBF dan SIDO.

Di samping itu, emiten lainnya yaitu PT Kimia Farma Tbk (KAEF), dan PT Soho Global Health Tbk (SOHO) juga diproyeksi memiliki prospek baik kedepannya.

Melansir dari riset di atas, dividen SOHO memiliki jumlah yang tinggi yaitu mencapai Rp118/saham, diikuti dengan KLBF (Rp35/saham), SIDO (Rp22,7/saham), dan KAEF (Rp16,33/saham).

Selain itu, KAEF berencana menggelar rights issue dengan dana yang ditargetkan sebesar Rp4,5 triliun dan perkiraan harga yang diterbitkan yakni Rp.1.619/saham. Ini bisa jadi sentimen positif bagi saham emiten ini.

Ditilik dari performa sahamnya, emiten-emiten farmasi yang disebut di atas masih memiliki kinerja yang terkontraksi sepanjang tahun 2022.

Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sesi II, Senin (21/11), harga saham KAEF menagalami kontraksi terdalam yakni berada di minus 42,39 persen secara year to date (YTD).

Sedangkan kinerja saham emiten lainnya yaitu SIDO dan SOHO sama-sama merosot hingga 10,98 persen sepanjang tahun 2022.

Kendati sebagian besar pemain farmasi mencatatkan kinerja saham yang menurun secara YTD, performa saham KLBF masih tumbuh melesat di periode ini.

Sebagaimana disebutkan dalam data BEI pada sesi II, Senin (21/11), harga saham KLBF melesat 29,41 persen secara YTD.

Di samping itu, HP Sekuritas juga masih memberikan rating Overweight pada industri farmasi. Ini karena fokus industri pada sumber bahan mentah domestik untuk menghambat impor internasional bisa membuat industri ini tetap bertahan di tengah potensi resesi global tahun depan.

Adapun sentimen positif yang menunjang pertumbuhan industri, di antaranya dukungan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui peluncuran Formularium Fitofarmaka guna mensosialisasikan penggunaan bahan baku jamu lokal.

Sejalan dengan itu, Kemenkes juga menargetkan agar pemain farmasi dapat memasok 50 persen bahan baku obat, vaksin, bahan kimia aktif farmasi (API), hingga bahan herbal dengan mengandalkan produksi domestik untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku sebesar 90 persen.

Selain itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga berupaya menurunkan ketergantungan bahan baku obat menjadi 40 persen dalam 5 tahun kedepan dengan merevisi Peraturan Menteri Kesehatan No.54 Tahun 2018 untuk memperluas penggunaan obat nabati atau fitofarmasi.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE