Tak Hanya Perang Rusia-Ukraina, OPEC Juga Antisipasi Kenaikan Kasus COVID-19
OPEC juga mengantisipasi bakal diberlakukannya kembali pembatasan seiring dengan tren peningkatan kasus COVID-19 di sejumlah negara yang cukup signifikan.
IDXChannel - Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) baru saja merilis laporan bulanan terbarunya untuk Bulan Agustus 2022. Dalam laporan tersebut, OPEC menurunkan proyeksinya untuk pertumbuhan ekonomi dunia dari semula 3,5 persen menjadi hanya 3,1 persen pada tahun ini.
Tak hanya soal pertumbuhan ekonomi, OPEC juga merevisi prediksinya atas permintaan minyak global tahun ini, yang semula diperkirakan bakal mencapai rata-rata sekitar 100,3 juta barel per hari (bph), kini perkiraan semakin diturunkan menjadi hanya sebesar 100 juta barel per hari.
Revisi ini ketiga kalinya dilakukan oleh OPEC sejak April 2022 lalu. Tidak hanya mempertimbangkan masih akan terus berkecamuknya perang Rusia dan Ukraina dalam jangka waktu panjang, OPEC juga mengantisipasi bakal diberlakukannya kembali pembatasan seiring dengan tren peningkatan kasus COVID-19 di sejumlah negara yang cukup signifikan.
Dalam laporan bulanan terbarunya, OPEC memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 bakal tertahan di level 3,1 persen. Proyeksi ini kembali lebih rendah dibandingkan perkiraan pada bulan sebelumnya, di mana ekonomi dunia disebut masih memiliki harapan tumbuh sebesar 3,5 persen.
Proyeksi yang lebih rendah tersebut didasarkan OPEC pada realisasi pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2022 yang juga melambat di titik-titik perekonomian utama dunia. Selain itu, proyeksi keraguan juga didasarkan pada tren pelemahan yang diamati pada beberapa momen ekonomi penting.
Sebagai pengingat, dalam laporan bulanannya pada Mei 2022 lalu, OPEC juga telah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun ini dari semula 3,9 persen menjadi 3,5 persen. Proyeksi ini kemudian dipertahankan hingga Juli 2022 lalu.
OPEC menilai bahwa perekonomian dunia masih terus dihantui risiko ketegangan geopolitik dan masalah rantai pasokan yang sedang berlangsung. Tak hanya itu, kondisi pandemi COVID-19 yang terus berlanjut, tekanan kenaikan inflasi, dan tingkat utang negara yang tinggi di banyak kawasan juga turut memperkeruh suasana.
Sementara perkiraan pengetatan moneter oleh bank sentral di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Zona Euro juga dianggap mempertebal keraguan atas masa depan perekonomian global di sepanjang tahun ini. (TSA)