MARKET NEWS

Terkoreksi 7 Poin, Rupiah Loyo Terhadap Dolar AS

Anggie Ariesta 10/12/2021 16:30 WIB

Nilai rupiah melemah 7 poin ke Rp14.373 pada perdagangan hari ini, Jumat (10/12/2021).

Terkoreksi 7 Poin, Rupiah Loyo Terhadap Dolar AS. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Nilai rupiah melemah 7 poin ke Rp14.373 pada perdagangan hari ini, Jumat (10/12/2021). Angka ini masih lebih baik dibandingkan sehari sebelumnya dengan pelemahan 20 poin di posisi Rp14.366.

Pengamat rupiah, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar menguat pada perdangangan Jumat (10/12/2021), karena para pedagang bertaruh angka inflasi yang lebih tinggi dan pasar tenaga kerja yang ketat dapat memacu The Fed untuk mempercepat pengurangan aset dan menaikkan suku bunga lebih awal dari yang diharapkan.

"Data AS, termasuk indeks harga konsumen jatuh tempo di kemudian hari. Data yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan bahwa 184.000 klaim pengangguran awal diajukan sepanjang minggu. Ini adalah jumlah terendah dalam lebih dari 52 tahun, karena kondisi pasar tenaga kerja terus mengetat di tengah kekurangan pekerja yang akut," ujar Ibrahim dalam risetnya, Jumat (10/12/2021).

Selain itu, Pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) mengikuti peningkatan sementara dalam skema pembelian obligasi reguler yang masih akan secara signifikan mengurangi pembelian utang secara keseluruhan begitu skema memerangi COVID-19 yang jauh lebih besar berakhir pada Maret 2022, menurut Reuters.

Dari dalam negeri, sebelumnya International Monetary Fund (IMF) menuturkan pertumbuhan ekonomi global yang diproyeksikan sebesar 4,9 persen pada 2022 masih berpotensi turun akibat varian Covid-19 baru Omicron.

Sebelumnya, pada Oktober 2021, IMF merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2021 sebesar 5,9 persen atau lebih rendah 0,1 persen dari perkiraan yang diumumkan pada Juli lalu. Penurunan proyeksi 2021 tersebut seiring adanya penurunan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III 2021 akibat merebaknya kasus positif varian Delta di seluruh dunia.

Di sisi lain, adanya varian baru Omicron sekaligus gangguan rantai pasok kembali menekan kegiatan perekonomian yang mulai pulih pada Kuartal Keempat 2021, sehingga berimplikasi pada ekonomi tahun depan. Dan krisis ini akan memiliki dampak berkepanjangan atau scarring effect yang bertahan lama pada ekonomi dan kelompok rentan mengingat varian Omicron menciptakan ketidakpastian Covid-19 menjadi lebih agresif.

Terlebih lagi, krisis akan semakin dalam seiring adanya tekanan inflasi yang dapat menyebabkan pengetatan kebijakan moneter secara lebih cepat dari perkiraan di negara maju. Tekanan inflasi dan pengetatan kebijakan moneter ini akan memperketat kondisi keuangan global dengan beberapa potensi limpahan di emerging market dan negara berkembang.

Dengan turunnya proyeksi IMF terhadap pertumbuhan ekonomi global, akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021. Sedangkan sebelumnya pemerintah ( Menteri Keuangan Sri Mulyani) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di 4 persen.

Dan pemerintah perlu merevisi pertumbuhan ekonomi dan bisa diumumkan di bulan Desember 2021, agar pasar kembali optimis terhadap perekonomian Indonesia yang saat ini relatif lebih baik di bandingkan dengan negara Asia lainnya.

Untuk perdagangan besok senen, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.350-Rp14.410. (TYO)

SHARE