MARKET NEWS

Tertekan Data Ekonomi AS, Rupiah Diprediksi Bakal Kembali Tersungkur

Advenia Elisabeth/MPI 08/09/2022 06:16 WIB

kondisi tersebut diyakini membuat Bank Sentral AS, yaitu Federal reserves (The Fed), jadi memiliki ruang yang lebih untuk kembali menaikkan suku bunga acuan.

Tertekan Data Ekonomi AS, Rupiah Diprediksi Bakal Kembali Tersungkur (foto: MNC Media)

IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (8/9/2022), diyakini bakal tertekan oleh sejumlah sentimen dan kembali berakhir pada zona merah.

Potensi pelemahan ini melanjutkan tren pada perdagangan kemarin, Rabu (7/9/2022), di mana rupiah ditutup minus pada sore hari, dengan pelemahan sebesar 32 poin, menuju level Rp14.917 per dolar AS.

Dengan segala tekanan yang tersedia di pasar, ruang gerak rupiah diperkirakan bakal terbatas di kisaran rentang Rp14.900 hingga Rp14.940 per dolar AS.

Salah satu sentimen yang menekan pergerakan rupiah diantaranya datang dari data ekonomi AS yang terpantau membaik di Agustus 2022 lalu, dengan sektor jasa penting negara itu secara tak terduga meningkat cukup signifikan.

Dengan kondisi tersebut, pasar pun menilai ada harapan perekonomian Negeri Paman Sam secara perlahan bakal membaik, sehingga keberadaan dolar AS sedikit-banyak mulai diburu, sehingga posisi nilai tukarnya cenderung menguat dibanding mata uang negara lain.

Di lain pihak, kondisi tersebut juga diyakini membuat Bank Sentral AS, yaitu Federal reserves (The Fed), jadi memiliki ruang yang lebih untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya secara tajam pada pertemuan akhir bulan nanti.

"Kenaikan suku bunga secara langsung memengaruhi pergerakan dolar terhadap sejumlah mata uang. Situasi ini membuat mata uang negara-negara berkembang seperti rupiah jadi tidak berdaya," ujar Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, dalam rilis hariannya, Rabu (7/9/2022).

Sementara di pasar domestik, langkah pemerintah Indonesia yang baru saja menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) juga turut melemahkan bargaining rupiah di pasar uang. Tingginya harga BBM diprediksi bakal mendongkrak biaya transportasi yang berimbas pada membengkaknya biaya distribusi barang, sehingga membuat harga berbagai kebutuhan masyarakat juga melonjak.

"Kebijakan ini akan mempengaruhi konsumsi masyarakat, dan berimbas pada kenaikan inflasi di 2022, yang kemungkinan bisa tembus di atas enam persen," tegas Ibrahim. (TSA)

SHARE