Tertular Merahnya Wall Street, Bursa Asia Kompak Jeblok
Bursa saham asia serentak merosot di awal perdagangan Rabu (3/4/2024), tertular hawa negatif dari bursa Wall Street, Amerika Serikat (AS) semalam.
IDXChannel – Bursa saham asia serentak merosot di awal perdagangan Rabu (3/4/2024), tertular hawa negatif dari bursa Wall Street, Amerika Serikat (AS) semalam.
Indeks Nikkei 225 Jepang turun tajam 1,04 persen, Hang Seng Hong Kong melemah 0,59 persen, Straits Times Singapura terjungkal 0,61 persen.
Kemudian, KOSPI Korea Selatan rontok 1,38 persen dan ASX 200 Australia merosot 1,23 persen.
Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,67 persen ke 7.190.
Sebelumnya, iga indeks saham utama AS turun sekitar 1 persen pada Selasa (2/4) waktu setempat.
Malansir Reuters, Rabu (3/4), imbal hasil obligasi Treasury bertenor 10-tahun juga mencapai level tertinggi dalam empat bulan seiring data menunjukkan permintaan tenaga kerja yang kuat meningkatkan prospek bank sentral Federal Reserve (The Fed) dapat menunda pemangkasan suku bunga.
Dolar AS juga mencapai level tertinggi dalam empat bulan terhadap mata uang perdagangan utama tetapi kemudian melemah, seiring ketakutan akan intervensi pejabat Jepang memperlambat penguatan dolar terhadap yen.
Bitcoin juga memerah, sempat amblas 7,5 persen, menyusul aset-aset berisiko terpukul di tengah kekhawatiran bahwa penurunan suku bunga mungkin tidak terjadi secepat yang diharapkan.
Pembukaan lapangan kerja di AS, yang merupakan indikator permintaan tenaga kerja, naik tipis 8.000 menjadi 8,756 juta pada hari terakhir Februari, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS.
Data pada Januari dalam Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja, atau JOLTS, direvisi lebih rendah untuk menunjukkan 8,748 juta posisi yang belum terisi.
“Kita kembali ke situasi kabar baik dan kabar buruk karena baru-baru ini data ekonomi yang dirilis, termasuk laporan JOLTS hari ini, mencerminkan perekonomian yang cukup kuat,” kata Russell Price, kepala ekonom Ameriprise Financial di Troy, Michigan, dikutip Reuters.
"Dikombinasikan dengan inflasi yang menjadi sulit pulih (sticky), hal ini mendorong kembali prospek penurunan suku bunga Federal Reserve,” imbuhnya. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.