MARKET NEWS

Tingkatkan Output, IATA Mulai Produksi Batu Bara di Sumsel

Tim IDXChannel 06/07/2022 08:55 WIB

Dalam lima tahun tersebut, IATA menargetkan total output mencapai 7,5 hingga 8 juta MT.

Tingkatkan Output, IATA Mulai Produksi Batu Bara di Sumsel (foto: MNC Media)

IDXChannel - PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) melalui salah satu anak usahanya, yaitu PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE), baru saja menggelar First Cut of Mining sebagai peresmian dimulainya produksi batu bara di lahan konsesi milik perusahaan, di Babat Supat, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Dengan luas lahan mencapai 15 ribu hektar, konsesi ini merupakan salah satu konsesi terbesar milik perusahaan. Potensi produksi di wilayah tersebut diakui belum mencapai potensi penuh, lantaran perusahaan pada saat yang sama masih dalam proses eksplorasi di sebagian besar area
pertambangan.

"Saya yakin IBPE akan meningkatkan produksi IATA secara signifikan, serta meyakinkan investor bahwa Perseroan masih memiliki potensi berkembang dengan rencana output produksi yang lebih tinggi untuk tahun-tahun mendatang," ujar Direktur IBPE, Leader DS Daeli, dalam keterangan resminya, Rabu (6/7/2022).

Menurut leader, IATA melalui IBPE telah menandatangani kontrak lima tahun dengan kontraktor pada 9 Juni 2022 lalu untuk memulai produksi dengan target sebesar 500 ribu MT pada tahun pertama, periode Juli-Desember 2022. Dalam lima tahun tersebut, IATA menargetkan total output mencapai 7,5 hingga 8 juta MT.

"(Targetnya) 1,5 juta MT pada tahun kedua dan 2 juta MT setiap tahun untuk sisa kontrak di tahun ketiga hingga kelima, Pit Corundum, Beryl, dan Amethyst," tutur Leader.

IBPE mengekspor sekitar 75 persen produksi batubaranya ke negara-negara seperti India, China, Vietnam, dan Thailand. Sedangkan 25 persen lagi sisa hasil produksi dijual ke pasar dalam negeri untuk memenuhi kewajiban Domestic Market Obligation (DMO). Dalam dua tahun pertama, dua jenis tambang yang bakal dieksplorasi adalah Pit Corundum dan Beryl.

"Sedangkan penambangan di Pit Amethyst akan dimulai pada tahun ketiga, bersamaan dengan pit-pit baru yang sedang dan akan disiapkan, mengingat luas area penambangan 15 ribu hektar belum sepenuhnya dieksplorasi dan masih banyaknya area yang masih memerlukan proses verifikasi dari KCMI (Komite Cadangan Mineral Indonesia)," ungkap Leader.

Saat ini, IBPE disebut Leader telah memiliki infrastruktur pertambangan yang dibangun dan disiapkan secara memadai, dengan pit dan disposal area di tambang, hauling road yang membentang 2 hingga 5 Km dari pit ke port, jembatan timbang, dan kantor untuk kebutuhan administrasi.

Selain IBPE, dua tambang IATA lainnya, yang dikelola melalui PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC) dan PT Putra Muba Coal (PMC), juga sudah dalam tahap produksi, dengan output 2,5 juta MT pada tahun 2021. Sedangkan PT Arthaco Prima Energy (APE) juga ditargetkan mulai berproduksi pada tahun ini.

"Kami sedang dalam tahap persiapan, dengan pembangunan hauling road dan port untuk mendukung proses produksinya APE," tegas Leader. (TSA)

SHARE