MARKET NEWS

Top Losers Saham IPO 2025, Ada BRRC-KAQI

Desi Angriani 29/12/2025 09:08 WIB

Jumlah saham debutan dengan kinerja terburuk sepanjang 2025 lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.

Top Losers Saham IPO 2025, Ada BRRC-KAQI (Foto: dok Freepik)

IDXChannel - Jumlah saham debutan dengan kinerja terburuk sepanjang 2025 lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.

Perbaikan ini sejalan dengan cemerlangnya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 24 Desember yang berhasil mencetak all-time high sebanyak 23 kali.

IHSG melesat hampir 20 persen secara year to date (ytd) atau naik 1.458 poin ke level 8.537,91. Dari sisi aktivitas perdagangan, IHSG membukukan volume transaksi sebesar 28,79 miliar saham sepanjang tahun, jauh melampaui rata-rata harian sebesar 17,44 miliar saham.

Berdasarkan data Bursa, 26 emiten melakukan penawaran umum perdana saham atau sepanjang 2025 dengan dana yang dihimpun mencapai Rp18,11 triliun.

Dari jumlah itu, 17 emiten berhasil memanen cuan di antaranya PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) mencetak kenaikan paling tinggi sebesar 3.000 persen. Disusul PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dan PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) yang naik masing-masing 700 persen sejak listing perdana.

Sementara sisanya 9 emiten membukukan kinerja negatif dengan penurunan rata-rata 20-48 persen per 24 Desember 2025. 

Raja Roti (BRRC) Anjlok 48,57 Persen

Ada tiga saham IPO yang menempati posisi paling boncos dan merupakan anggota papan pengembangan. Posisi pertama dihuni oleh PT Raja Roti Cemerlang Tbk (BRRC).

BRRC menjadi saham debutan terburuk 2025 dengan penurunan harga sebesar 48,57 persen secara year to date (ytd). Sahamnya anjlok dari harga Rp294 ke harga Rp108 per 24 Desember 2025. 

Saat listing pada 9 Januari 2025, saham Raja Roti sempat dibuka auto reject atas (ARA) ke level Rp262 per saham, atau melesat 24,76 persen dari harga penawaran awal yang ditetapkan sebesar Rp210 per saham.

Kondisi tersebut tak berlangsung lama. Saham Raja Roti beberapa kali nyaris menyentuh Auto Rejection Bawah (ARB) hingga disuspensi Bursa. Bahkan, belum sebulan listing, BRRC sudah masuk papan pemantauan khusus full-call auction (FCA).

Dalam gelaran IPO, produsen tepung roti merek Royal ini melepas 291,5 juta saham atau maksimal 30,01 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan. Dengan mematok harga IPO sebesar Rp210 per saham, BRRC mengantongi dana maksimal Rp61,21 miliar.

Bersamaan dengan penawaran saham perdana, perseroan juga menerbitkan 145,75 juta Waran Seri I atau 21,43 persen dari total jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh dengan harga pelaksanaan Rp210.

Seluruh dana hasil IPO digunakan untuk modal kerja yang penggunaannya, meliputi peningkatan stok bahan baku, termasuk biaya operasional yang terdiri dari biaya tenaga kerja dan energi (gas, listrik). 

Sedangkan dana yang diperoleh dari pelaksanaan Waran Seri I, seluruhnya akan digunakan untuk modal kerja, yaitu persediaan bahan baku dan biaya operasional.

KAQI Turun 42,37 Persen

Posisi saham IPO kedua terbawah ditempati oleh PT Jantra Grupo Indonesia Tbk (KAQI). Emiten yang melantai pada 10 Maret 2025 ini mencatatkan penurunan harga sebesar 42,37 persen ytd sejak debut perdana dari harga Rp118 ke harga Rp68.

Padahal saat listing, saham KAQI sempat dibuka melesat 18,64 persen ke harga Rp140. Sepekan kemudian, saham Jantra Grupo itu turun ke level gocap hingga masuk dalam pantauan Bursa.

Emiten yang berada di papan pengembangan ini melepas 450 juta saham atau 21,68 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga penawaran Rp118 per saham. Dengan demikian, perseroan meraup dana segar sebesar Rp53,10 miliar. 

Dalam prospektusnya, pengelola bengkel spesialis kaki-kaki mobil itu bakal menggunakan dana hasil IPO untuk belanja modal (capex) pembelian lahan seluas 1.940 m2 di Bona Indah, Jakarta Selatan serta membuka lima cabang cabang bengkel baru yang terletak di Kota Bandung, Bekasi, Surabaya, dan Semarang, serta bengkel yang akan didirikan di lahan Bona Indah.

Selain itu, dana IPO juga dipakai untuk kegiatan operasional, termasuk namun tidak terbatas pada pembelian persediaan suku cadang, sewa kendaraan operasional, dan pengembangan aplikasi, serta keperluan pemberian pinjaman kepada anak-anak usaha perseroan.

DKHH Minus 40,15 persen

Peringkat ketiga terbawah saham debutan jatuh kepada PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH). Pengelola rumah sakit DKH ini menjadi emiten ke-14 yang resmi melantai di Bursa pada 2025.

Saham DKHH terkoreksi 40,15 persen sejak listing perdana pada 8 Mei 2025 dari harga Rp132 menjadi Rp79. Saham tersebut sempat merah selama sepekan usai IPO hingga disuspensi Bursa selama dua minggu. 

DKHH pun menjadi penghuni Papan Pemantauan Khusus Full Call Auction (PPK FCA) setelah dua bulan listing. 

Dalam gelaran IPO, DKHH melepas 530 juta saham baru atau 20,78 persen dari modal ditempatkan dan disetor dengan harga pelaksanaan Rp132 per saham. Dengan demikian, perseroan meraup dana segar sebesar Rp69,96 miliar.

Sebagai pemanis, Cipta Sarana juga menerbitkan 265 juta Waran Seri I (DKHH-W) di harga pelaksanaan Rp175 per saham. Dari hasil penerbitan waran ini, perseroan meraup dana tambahan Rp46,37 miliar.
 
Dana hasil IPO digunakan perseroan untuk pembangunan gedung baru di area RS DKH Cibadak termasuk fasilitas poliklinik, rawat inap eksekutif, dan kelas rawat inap standar.

Kemudian untuk pembelian peralatan medis dan non-medis seperti CT-Scan dan fasilitas penunjang lainnya, renovasi gedung rumah sakit yang sudah ada, serta modal kerja, mencakup biaya pemasaran dan pembayaran vendor farmasi.

(DESI ANGRIANI)

SHARE