MARKET NEWS

Tren Rohana dan Rojali, Emiten Ritel Mana Paling Tahan Banting?

TIM RISET IDX CHANNEL 30/07/2025 19:32 WIB

Sektor ritel tengah menghadapi tekanan dari kondisi ekonomi makro yang kurang bersahabat.

Tren Rohana dan Rojali, Emiten Ritel Mana Paling Tahan Banting? (Foto: Freepik)

IDXChannel - Sektor ritel tengah menghadapi tekanan dari kondisi ekonomi makro yang kurang bersahabat. Melemahnya daya beli masyarakat menjadi tantangan utama, sebab langsung berdampak pada penurunan penjualan. 

Meski begitu, emiten-emiten di sektor ritel yang mampu menyusun strategi dengan cermat dinilai lebih siap atau ‘tahan banting’ menghadapi situasi ini, bahkan masih punya peluang untuk tumbuh.

Belakangan, fenomena ‘Rohana’ alias rombongan hanya nanya dan ‘Rojali’ atau rombongan jarang beli makin sering diperbincangkan. Istilah ini mencerminkan kebiasaan konsumen yang datang ke pusat perbelanjaan tanpa niat membeli, yang kemudian dikaitkan dengan menurunnya daya beli masyarakat. Fenomena ini pun menjadi sorotan para pelaku usaha mall dan ritel modern karena dinilai berpotensi menggerus omzet.

Para analis mengakui bahwa kondisi ekonomi saat ini memang menantang untuk konsumen. Kendati demikian, mereka menilai konsumen saat ini bukan sepenuhnya berhenti berbelanja, melainkan menjadi lebih selektif dan hati-hati dalam mengatur pengeluaran.

Data Bank Indonesia (BI) mencatat, penjualan ritel pada Mei 2025 tumbuh 1,9 persen secara tahunan (year-on-year/YoY). Sepanjang Januari hingga Mei 2025, kinerja sektor ritel masih menunjukkan tren ekspansi, meski pertumbuhannya relatif terbatas, berada di kisaran 0,5 persen hingga 5,5 persen.

Sempat terjadi kontraksi sebesar 0,3 persen pada April 2025, namun secara keseluruhan penjualan ritel masih bergerak di zona positif.

“Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juni 2025 di 117,8 memang trennya menurun dari awal tahun tetapi ini menunjukkan bahwa konsumen masih tetap optimis dan willing to spend. Hanya saja mereka lebih selektif terutama dari sisi kebutuhan, produk serta pricing,” kata analis Panin Sekuritas, Novi Vianita.
 
Di tengah kondisi tersebut, Novi menilai bahwa dampak ke emiten sektor ritel sangat beragam. Tingkat dampak akan ditentukan terutama oleh seberapa adaptif peritel merespons situasi yang ada dengan strategi yang tepat.
 
Menurutnya, beberapa pemain ritel yang sahamnya diperdagangkan oleh publik sudah dalam kondisi mature dan yang lain masih dalam mode pertumbuhan. Hal ini juga turut berdampak pada resiliensi di tengah kondisi daya beli masyarakat saat ini. 

Salah satu segmen ritel yang mendapat sorotan adalah gerai yang menjual perabot rumah tangga, furnitur, dan elektronik. Di segmen ini, PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) membukukan pendapatan sebesar Rp2,1 triliun pada kuartal I-2025, tumbuh 8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year).

Meski mencatatkan pertumbuhan pendapatan, laba bersih perseroan justru mengalami tekanan. ACES melaporkan penurunan laba sebesar 30 persen secara tahunan, menjadi Rp142 miliar.
 
Kemudian, PT Daya Intiguna Yasa Tbk atau yang dikenal dengan Mr DIY (MDIY), yang mencatatkan pertumbuhan paling tinggi baik dari sisi pendapatan maupun laba. 
 
Pada kuartal I-2025, MDIY catatkan pendapatan Rp1,8 triliun atau tumbuh 57 persen YoY sedangkan laba bersih mencapai Rp226 miliar atau melesat 160 persen YoY.

Selanjutnya, ada PT DFI Ritel Nusantara Tbk (HERO), emiten yang memegang lisensi IKEA di Indonesia. Pada kuartal I-2025, HERO mencatatkan pendapatan sebesar Rp1,2 triliun, naik 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja bottom line-nya juga membaik signifikan, membalikkan kerugian Rp1 miliar pada kuartal I-2024 menjadi laba bersih Rp27 miliar pada kuartal I-2025.

Sebaliknya, kinerja PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP) menunjukkan tren yang berlawanan. Emiten ritel ini mengalami penurunan baik dari sisi penjualan maupun laba. Pada kuartal I-2025, CSAP membukukan pendapatan sebesar Rp3,8 triliun, turun 5 persen secara tahunan. Laba bersihnya juga merosot tajam, anjlok 92 persen menjadi hanya Rp4 miliar.
 
“Kondisi ritel memang berbeda-beda. MDIY tumbuh pesat seiring dengan produk yang relevan dengan kebutuhan konsumen, pricing dan promotion yang membuatnya affordable dan place yang menjangkau wilayah Indonesia di kota-kota tier-2 dan tier-3 dengan lebih dari 1.000 gerai. Saya masih melihat di semester I ini pendapatan emiten ritel masih dapat tumbuh dan MDIY berpotensi lanjutkan pertumbuhan dobel digit seiring dengan strategi ekspansi mereka,” tutur Novi. (Aldo Fernando)

SHARE