MARKET NEWS

Trump Berpotensi Menang Pilpres, Rupiah cs Bisa Tiarap Lagi

Fiki Ariyanti 16/07/2024 06:59 WIB

Potensi kembalinya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) berikutnya menjadi kabar buruk bagi mata uang negara-negara berkembang.

Trump Berpotensi Menang Pilpres, Rupiah cs Bisa Tiarap Lagi (foto mnc media)

IDXChannel - Potensi kembalinya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) berikutnya menjadi kabar buruk bagi mata uang negara-negara berkembang. Ini karena ada potensi ancaman kebijakan ekonomi yang proteksionis dari Trump. 

Mata uang Won Korea Selatan memimpin penurunan di Asia setelah upaya pembunuhan terhadap Trump pada akhir pekan meningkatkan peluangnya untuk memenangkan kursi Presiden AS. 

Kurs Rupiah Indonesia dan Baht Thailand menghentikan kenaikannya selama delapan hari, sementara Ringgit Malaysia merosot dari level tertingginya di Januari.

Di sisi lain, Peso Meksiko melorot 0,8 persen, dan Rand Afrika Selatan turun 0,6 persen.

Investor khawatir rencana Trump untuk memangkas pajak dan menaikkan tarif apabila terpilih sebagai Presiden, dapat memicu inflasi dan mendorong Federal Reserve untuk mempertahankan kebijakan moneter yang ketat lebih lama.

Menurut Sumitomo Mitsui Banking Corp, kebijakan proteksionisme Trump tersebut juga dapat menimbulkan hambatan bagi keuangan eksternal negara berkembang. 

“Ada banyak kehati-hatian di pasar saat ini,” kata Fiona Lim, Ahli Strategi Mata Uang Senior di Malayan Banking Bhd, mengutip Bloomberg, Senin (15/7). 

“Kebijakan Trump bersifat inflasi dan kembalinya kinerja ekonomi AS yang lebih baik, serta tingkat suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama berpotensi menenggelamkan mata uang negara-negara berkembang," ujar Lim.

Negara-negara berkembang telah memperoleh manfaat dari meningkatnya peluang pelonggaran moneter di seluruh dunia karena inflasi menunjukkan tanda-tanda mereda. 

Indeks mata uang negara naik sekitar 1,5 persen dari level terendah dalam lima bulan pada April, sementara indeks obligasi mata uang lokal yang dilindungi nilai dolar nampaknya akan mencatat kenaikan bulanan ketiga.

Semua keuntungan tersebut bisa berisiko karena para pelaku pasar menyadari dominasi dolar AS selama masa jabatan Trump, ketika mata uang seperti Yuan China dan Peso Meksiko berada di bawah tekanan setelah Trump menerapkan tarif yang lebih tinggi.

“Kebijakan Trump kemungkinan besar lebih proteksionis terhadap negara lain dan dapat menimbulkan hambatan bagi eksportir,” kata Jeff Ng, Kepala Strategi Makro Asia di Sumitomo. 

“Hal ini sangat penting bagi negara-negara pengekspor di Asia. Risiko terhadap saldo rekening giro dapat merugikan mata uang," tuturnya. 

Sebagai informasi tambahan, Rupiah hari ini, Senin (15/7) ditutup melemah 33 poin atau 0,21 persen ke level Rp16.170 per USD.

"Para analis mengatakan penembakan terhadap Donald Trump meningkatkan peluangnya untuk menang atas Joe Biden, sebuah skenario yang pada akhirnya dapat menguntungkan dolar, mengingat Trump telah mengisyaratkan niatnya untuk memberlakukan kebijakan perdagangan yang lebih proteksionis," kata Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi  dalam risetnya.

(FAY)

SHARE