Trump Effect, Wall Street Perpanjang Reli Kenaikan
Indeks utama Wall Street kompak naik pada perdagangan Senin (11/11/2024) waktu setempat tersengat efek kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS.
IDXChannel - Indeks utama Wall Street kompak naik pada perdagangan Senin (11/11/2024) waktu setempat. Penguatan ini memperpanjang reli kenaikan saham pekan lalu karena efek kemenangan Donald Trump.
Dow Jones Industrial Average (.DJI) melonjak sekitar 1 persen menjadi 44.426, S&P 500 (.SPX) naik 0,34 persen di 6.015, dan Nasdaq Composite (.IXIC) menguat 0,11 persen ke 19.308.
S&P 500 naik melampaui 6.000 dan mencatat rekor ke-51 tahun ini. Kinerja saham-saham yang sensitif terhadap ekonomi justru lebih baik dengan indeks Russell 2000 dari perusahaan-perusahaan kecil melesat 1,5 persen ke level tertinggi sejak 2021.
Sementara sebagian besar saham teknologi raksasa jatuh, di antaranya Nvidia Corp anjlok 1,6 persen dan Tesla Inc melambung 9 persen, memperpanjang lonjakan sahamnya.
"Dengan pemilu dan penurunan suku bunga lainnya, pertanyaannya adalah apakah bulls dapat terus mendorong pasar ke titik tertinggi baru," kata Chris Larkin di E*Trade dari Morgan Stanley, mengutip Bloomberg, Selasa (12/11/2024) waktu Jakarta.
"Selain dari potensi aksi ambil untung setelah lonjakan yang begitu kuat, data inflasi minggu ini dapat menentukan apakah pasar akan menahan kenaikannya," tutur Larkin.
Data inflasi konsumen Amerika Serikat (AS), tidak termasuk makanan dan energi akan dirilis pada Rabu ini, di mana diproyeksi naik secara bulanan maupun tahunan dibandingkan September 2024.
Menurut JPMorgan Chase & Co, pasar saham dapat menguat hingga akhir tahun ini setelah kemenangan pemilihan Trump daripada saat dia memenangkan kursi kepresidenan AS delapan tahun lalu.
"Saya perkirakan pengembalian 2024 akan lebih besar dari 2016," kata Andrew Tyler, Kepala Intelijen Pasar AS bank tersebut dalam catatannya.
Sementara itu, Ahli Strategi Kawakan, Ed Yardeni memproyeksi optimistis lonjakan pasar saham usai pemilu AS.
"Investor saham senang dengan perubahan rezim menjadi pemerintahan yang lebih pro-bisnis yang mempromosikan pemotongan pajak dan deregulasi," ujarnya.
(Fiki Ariyanti)