MARKET NEWS

Usai Masuk Indeks MSCI dan Papan Utama, BUMI akan ke Mana?

Aldo Fernando - Riset 24/11/2022 13:38 WIB

Usai dikabarkan masuk ke indeks MSCI, BUMI juga akan nangkring ke papan utama di bursa per 30 November mendatang.

Usai Masuk Indeks MSCI dan Papan Utama, BUMI akan ke Mana? (Foto: Bumi Resources)

IDXChannel – Emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kembali tersengat sentimen positif. Usai dikabarkan masuk ke indeks MSCI, BUMI juga akan nangkring ke papan utama di bursa per 30 November mendatang.

Pada 10 November 2022, MSCI menambahkan BUMI ke dalam MSCI Small Cap Indexes, bersama dengan sejumlah sama emiten RI lainnya. Perubahan tersebut efektif berlaku mulai 1 Desember 2022.

Kemudian, dalam pengumuman 23 November 2022, BUMI naik peringkat dari papan pengembangan menjadi papan utama di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam keterbukaan informasi disebutkan, terdapat 11 emiten yang baru masuk ke papan utama sesuai dengan hasil evaluasi atas indeks untuk periode 30 November 2022 hingga 30 Mei 2023.

Informasi saja, papan utama adalah jenis papan perdagangan yang digunakan bagi emiten dengan ukuran besar maupun memiliki rekam jejak cukup panjang.

Selain itu, lewat rilis Senin (21/11), lembaga pemeringkat Moody’s meningkatkan peringkat Corporate Family Rating (CFR)  BUMI menjadi B3 dari sebelumnya Caa3 seiring upaya perusahaan dalam melunasi utang dalam gelaran private placement.

Grup Salim pimpinan konglomerat Anthoni Salim menjadi investor dalam aksi tambah modal via private placement tersebut.

Tiga sentimen positif di muka beriringan dengan kembali menggeliatnya harga saham BUMI akhir-akhir ini usai tidak bergerak banyak alias sideways beberapa waktu lalu.

Dalam 5 hari perdagangan terakhir, hingga penutupan sesi I Kamis (24/11), harga saham BUMI konsisten berada di zona hijau. Dus, dalam sepekan, saham BUMI naik 12,00 persen ke Rp196 per saham.

Aliran dana investor asing juga kembali masuk ke saham emiten yang kini secara bersama-sama dikendalikan oleh Grup Bakrie dan Grup Salim tersebut. (Lihat tabel di bawah ini.)

Dalam sepekan, asing melakukan pembelian bersih (net buy) di pasar reguler sebesar Rp252,53 miliar. Sementara, dalam sebulan, nilai net buy asing sebesar Rp387,07 miliar di pasar reguler.

Sebagai perbandingan, dalam 6 bulan terakhir, asing masih melakukan penjualan bersih (net sell) Rp91,18 miliar di pasar reguler dan Rp43,69 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Ke Mana Arah BUMI?

Analisis teknikal dari Maybank Sekuritas pada 22 November 2022 memperkirakan, BUMI akan kembali menguji resistance di level Rp199 per saham, setelah menembus level Rp192 per saham pada Rabu (23/11).

Kemarin, harga saham BUMI ditutup naik 3,72 persen ke Rp195 per saham.

“Pelampauan atas level ini akan mendorong BUMI untuk bergerak lebih tinggi menuju target teoretis pola symmetrical triangle pattern di 300,” jelas analis Maybank Sekuritas dalam riset tertulisnya.

Namun, perlu disimak pula, masih mengutip Maybank Sekuritas, harga yang turun dan bertahan di bawah level support Rp172 per saham akan menggugurkan pola teknikal triangle di muka. Apabila hal tersebut terjadi, itu berarti, ada potensi penurunan untuk saham BUMI.

Dari sisi makro dan fundamental, menurut riset sektoral analis Samuel Sekuritas Indonesia yang terbit pada 23 November 2022, empat emiten batu bara utama RI membukukan pertumbuhan bottom-line (pos laba) yang memuaskan di tengah lonjakan harga batu bara.

Menurut catatan Samuel, harga batu bara Newcastle melompat ke level USD342,5 per ton atau naik 109,5 secara tahunan (YoY) hingga 9 bulan pertama di 2022.

Selain BUMI, emiten-emiten yang dimaksud, yakni PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

Laba bersih BUMI, misalnya, melonjak 473,8 persen YoY menjadi USD365,4 juta hingga kuartal III 2022.

Nama lainnya, ADRO membukukan kenaikan laba bersih 352 persen YoY menjadi USD1,9 miliar selama periode Januari-September 2022.

Samuel Sekuritas pun meningkatkan proyeksi harga batu bara selama 2023 menjadi USD220 per ton dari sebelumnya USD180 per ton.

“[Ini] mengingat tensi geopolitik dan La Nina yang kemungkinan akan berlanjut memasuki 1H23 [paruh pertama 2023] (yang akan menghambat produksi batu bara global),” jelas analis Samuel Jonathan Guyadi dalam risetnya.

Jonathan melanjutkan, soal permintaan, Samuel percaya bahwa permintaan dari China akan tetap tinggi dalam jangka pendek lantaraan persediaan yang rendah dan permintaan yang tinggi, terutama dari pembangkit listrik.

Khusus BUMI, Samuel Sekuritas memberikan rating beli (buy) dengan target harga (TP) ke level Rp240 per saham.  

Sebagai catatan, menurut hemat Samuel Sekuritas, katalis positif untuk sektor batu bara ke depan, yakni cuaca ekstrem yang berkepanjangan. Sementara, katalis negatif soal perlambatan ekonomi dan kelebihan pasokan (oversupply).

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE