Utang Lebih Besar dari Aset, Sritex (SRIL) Tekor Rp12,9 Triliun
Laporan keuangan interim emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex pada semester I-2023 menunjukkan adanya defisiensi modal USD859,05 juta.
IDXChannel - Laporan keuangan interim emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex pada semester I-2023 menunjukkan adanya defisiensi modal senilai USD859,05 juta.
Jumlah itu setara Rp12,9 triliun (kurs tanggal pelaporan Rp15,026 per saham). Kondisi ini berlangsung saat jumlah utang/kewajiban (liabilitas) perseroan lebih besar dari asetnya.
Hingga 30 Juni 2023, nilai liabilitas yang ditanggung perseroan mencapai USD1,56 miliar, alias lebih tinggi dari asetnya yang sebesar USD707,43 juta.
"Perseroan mengalami kerugian komprehensif sebesar USD78,03 juta, sehingga mengakibatkan akumulasi defisit sebesar USD1,06 miliar, dan defisiensi modal USD859,05 juta," kata manajemen dalam laporan keuangan di Keterbukaan Informasi, Senin (15/8/2023)
Liabilitas jangka panjang perusahaan mengambil porsi terbanyak menyusul peningkatan nilai utang bank yang mencapai USD935,66 juta (setelah dikurangi bagian jatuh tempo dalam satu tahun). Sementara liabilitas jangka pendek mencapai USD110,88 juta.
Sementara nilai aset terbesar perseroan berasal dari pos aset tidak lancar, khususnya aset tetap sebesar USD460,79 juta, yang terdiri dari tanah, bangunan, mesin, hingga kendaraan.
Manajemen SRIL menyatakan pihaknya sedang fokus melakukan monitoring terhadap rencana perdamaian yang telah disepakati (homologasi) atas perkara penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).
Setelah mencapai perdamaian dengan para kreditur, SRIL berupaya untuk mencapai fasilitas tambahan modal kerja.
Lebih jauh, perseroan juga tengah melakukan penggalangan dana senilai USD100 juta dengan jaminan aset sponsor. Rencana ini bakal diupayakan dalam 3 tahun ke depan, sejak 30 Juni 2022.
(DES)