Wall Street Dibuka Hijau, Optimisme Suku Bunga Dorong Reli Akhir Tahun
Wall Street dibuka menghijau di tengah optimisme pemangkasan suku bunga pada tahun depan.
IDXChannel - Wall Street dibuka menghijau pada perdagangan Senin (22/12/2025) waktu setempat di tengah optimisme pemangkasan suku bunga pada tahun depan.
Mengutip Investing, S&P 500 naik 0,5 persen ke level 6.870,10, melanjutkan kenaikan 0,9 persen pada hari Jumat yang merupakan sesi terkuat indeks tersebut dalam hampir sebulan.
Kemudian Nasdaq menguat 0,7 persen ke 25.527, memperpanjang pemulihan saham teknologi pekan lalu dan Dow Jones Industrial Average melonjak sekitar 0,5 persen ke 48.211.
Antusiasme terhadap kecerdasan buatan (AI) kembali memanas setelah Micron Technology memberikan proyeksi bisnis yang kuat. Selain itu, saham Oracle Corporation menjadi pusat perhatian setelah muncul laporan mengenai keterlibatan mereka dalam infrastruktur cloud untuk entitas baru TikTok di AS.
Sentimen positif ini berhasil memulihkan kepercayaan investor terhadap sektor teknologi yang sebelumnya sempat tertekan akibat isu valuasi.
Pekan ini, pasar menantikan data kepercayaan konsumen Desember serta laporan PDB kuartal ketiga. Fokus utama investor adalah sejauh mana inflasi melunak, yang akan memberikan lampu hijau bagi Federal Reserve untuk memangkas suku bunga lebih agresif tahun depan.
"Jika tingkat pengangguran terus merayap lebih tinggi, kami pikir Fed akan merespons dengan mendorong suku bunga kebijakan lebih rendah. Jika tidak, pemotongan dari Fed pada tahun 2026 akan datang lebih lambat," tulis ekonom Morgan Stanley, Michael Gapen.
Perlu dicatat bahwa volume perdagangan diperkirakan akan menurun drastis mulai pertengahan pekan. Wall Street dijadwalkan tutup lebih awal pada Rabu (24/12/2025) dan tutup sepenuhnya pada Kamis (25/12/2025) untuk memperingati Natal. Kondisi ini sering kali memicu volatilitas harga yang lebih tinggi akibat likuiditas yang rendah.
Selain data ekonomi, pelaku pasar juga mencermati proses pemilihan Ketua Federal Reserve (The Fed) yang baru oleh Presiden Donald Trump, mengingat masa jabatan Jerome Powell akan berakhir pada Mei mendatang.
(DESI ANGRIANI)