MARKET NEWS

Wall Street Dibuka Redup Tertekan Reli Imbal Hasil Obligasi AS

Fiki Ariyanti 07/10/2024 20:51 WIB

Wall Street kompak turun pada pembukaan perdagangan Senin (7/10) waktu setempat karena tertekan kenaikan imbal hasil treasury AS.

Wall Street Dibuka Redup Tertekan Reli Imbal Hasil Obligasi AS (foto mnc media)

IDXChannel - Wall Street kompak turun pada pembukaan perdagangan Senin (7/10) waktu setempat. Pelemahan tersebut tertekan kenaikan imbal hasil treasury Amerika Serikat (AS) karena ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed berkurang. 

Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 63,2 poin atau 0,15 persen menjadi 42.289,51. Pun dengan S&P 500 (.SPX) melemah 0,23 persen ke 5.737,8, dan Nasdaq Composite (.IXIC) terpangkas 0,32 persen di 18.080,115.

Imbal hasil obligasi atau treasury 10 tahun naik kembali di atas 4 persen untuk pertama kalinya sejak Agustus dan memperpanjang kenaikan pada Jumat pekan lalu. 

Kenaikan imbal hasil tersebut setelah data AS yang kuat, sehingga melemahkan taruhan pada penurunan suku bunga besar The Fed bulan depan, mengutip Bloomberg, Senin (7/10) waktu Jakarta. 

Pelaku pasar saat ini memperkirakan suku bunga The Fed dipangkas 25 basis poin (bps), setelah sebelumnya 50 bps untuk November 2024.

Berkurangnya ekspektasi penurunan suku bunga The Fed diproyeksikan membebani pasar saham yang telah reli ke rekor tertinggi bau-baru ini di tengah tanda-tanda ekonomi AS yang kuat, meredanya inflasi, dan penurunan suku bunga besar-besaran 

Selain itu, harga minyak mentah terdorong lebih tinggi hingga mendekati USD80 per barel, karena investor menunggu respons Israel terhadap serangan rudal Iran baru-baru ini.

Kepala Strategi Ekuitas di State Street Global, Marija Veitmane masih tetap kosntruktif terhadap prospek saham karena ekonomi AS tetap tangguh dan inflasi mereda. 

"Tapi kita harus sedikit hati-hati karena mungkin kita tidak akan mendapat banyak pemangkasan suku bunga yang agresif," kata dia di Bloomberg TV. 

Investor saat ini menantikan data inflasi AS yang akan dirilis pada Kamis ini. Para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan pertumbuhan harga secara yoy sebesar 2,3 persen, sedikit melambat dari pembacaan sebelumnya.

Musim pendapatan emiten juga dimulai pekan ini dengan laporan dari bank-bank besar AS. Pertumbuhan pendapatan terlihat kuat meskipun diperkirakan akan melambat mulai kuartal II.

(Fiki Ariyanti)

SHARE