Wall Street Dibuka Variatif, Dow Jones dan S&P 500 Melemah
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) dibuka turun di 34.739,27 dari penutupan sebelumnya di 34.798,00.
IDXChannel - Wall Street melalui tiga indeks acuan utamanya dibuka variatif Senin malam, (27/9/2021).
Selain karena sentimen tapering Federal Reserve (The Fed) dan krisis Evergrande, pasar juga dipengaruhi sejumlah kebijakan fiskal dan moneter Amerika Serikat (AS).
Satu diantaranya adalah IImbal hasil obligasi / Treasury Yield 10 tahun Amerika Serikat yang naik 3 poin menyentuh 1,50% untuk pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir sebelum bel perdagangan dibuka.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) dibuka turun di 34.739,27 dari penutupan sebelumnya di 34.798,00. Hingga pukul 21:24 WIB, DJI menguat (0,69%) di 35.037,96.
Sejumlah emiten perbankan dan energi terpantau ikut terkerek naik, yang diuntungkan berkat lonjakan harga gas alam dan minyak mentah.
S&P 500 (SPX) dibuka melemah di 4.442,1 dari penutupan sebelumnya di 4.455,5. Pukul 21:30 WIB, SPX masih melemah (-0,01%) di 4.455,1.
Nasdaq 100 (NDX) dibuka anjlok di 15.205,23 dari penutupan sebelumnya di 15.329,68. Pukul 21:32 WIB, NDX turun (-0,81%) di 15.204,40.
Mengawali pekan terakhir September ini, pergerakan Wall Street dibayangi meningkatnya ketegangan politik internal Washington DC atas pendanaan pemerintah federal serta kebijakan ekonomi Presiden Joe Biden, dilansir Reuters, Senin (27/9).
Lebih jauh, pasar juga tengah mencermati dampak rencana kenaikan suku bunga tahun depan.
Terkait sentimen global, pasar diuntungkan berkat meredanya isu ketegangan AS-China serta krisis keuangan Evergrande di mana pemerintah China telah menyuntik dana dalam sistem perbankan untuk menjaga stabilitas keuangan.
Beijing tengah berupaya mengurangi dampak yang ditimbulkan korporasi properti tersebut.
"Secara keseluruhan, ini merupakan sentimen positif mengingat kita (AS) memiliki kondisi makro ekonomi yang kuat untuk menopang segalanya," kata CIO Kleinwort Hambros, Fahad Kamal, dilansir Reuters, Senin (27/9/2021).
Saat ini, fokus utama pasar berotasi ke arah kebijakan fiskal Amerika Serikat dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat yang akan memberikan suaranya terhadap RUU Infrastruktur senilai USD 1 triliun hingga tenggat waktu 30 September mendatang.
(SANDY)